ANALISIS KADAR BIOMOLEKUL
PROTEIN/ASAM AMINO MENGGUNAKAN
SPEKTROFOTOMETER UV-VIS
(Makalah Biokimia Fisik)
Oleh:
Tyas Rosawinda Kh
(0917011048)
Tyas Rosawinda Kh
(0917011048)
Jurusan Kimia
Fakutas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Lampung
2013
I. PENDAHULUAN
I. PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Protein merupakan zat yang berguna bagi kebutuhan manusia.
Protein memiliki fungsi yaitu untuk membangun sel tubuh baru dan mengganti sel
lama yang telah rusak. Pengukuran kadar peotein suatu bahan sangat diperlukan
karena kandungan protein yang dimiliki setiap bahan makanan berbeda-beda.
Pengukuran kadar protein dilakukan dengan menggunakan
spektrofotometer UV–VIS. Prinsip dasar
analisis kualitatif maupun kuantitatif dengan spektrofotometer adalah reaksi
antara radiasi elektromaknetik dari sinar UV-VIS dengan elektron dari sampel. Karena
memiliki fungsi sebagai gelombang sekaligus sebagai materi, radiasi
elektromagnetik menjadi bermanfaat. Sebagai gelombang, radiasi elektromagnetik
mempunyai panjang gelombang tertentu sehingga menimbulkan efek warna yang dapat
dilihat dengan jelas. Sebagai materi, gelombang elektromagnetik mempunyai
energi yang dapat berinteraksi dengan partikel dari sampel.
Jika cahaya (radiasi elektromaknetik) mengenai suatu sampel,
maka sebagian energinya akan diserap oleh molekul sampel sehingga elektron-elektronnya
menjadi tereksitasi ke tingkat yang lebih tinggi. Besar perbedaan tingkat
energi ground state (energi tingkat
dasar) dengan tingkat energi tereksitasi untuk setiap molekul tidak sama. Maka
dari itu, panjang gelombang optimum yang dimiliki sampel yaitu panjang
gelombang dimana energi yang dimiliki gelombang itu besarnya sama dengan yang
dibutuhkan untuk mengeksitasi elektron-elektron bahan. Jumlah energi yang
diserap sebanding dengan jumlah materi sampel, sehingga spektrofotokopi dapat
digunakan untuk uji yang bersifat kuantitatif.
1 B. Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini
adalah untuk memberikan informasi mengenai tata cara analisis kadar biomolekul protein/asam amino
menggunakan spektrofotometer uv-vis
II.
ISI
A.
Protein
Protein merupakan makromolekul polipeptida
yang tersusun dari sejumlah asam-asam amino yang dihubungkan oleh ikatan
peptida dan mempunyai bobot molekul 5000 sampai berjuta-juta. Satu molekul
protein disusun oleh sejumlah asam amino tertentu dengan susunan yang khas
untuk masing –masing protein (Aisyah, 1998).
Protein pada setiap sampel kadarnya
berbeda-beda. Pengukuran kadar protein
suatu sampel sangat diperlukan karena erat kaitannya dengan tingkat konsumsi
manusia. Pengukuran kadar protein dengan menggunakan metode Lowry adalah dasar
dari penggunaan spektrofotometer. Metode ini dapat mengukur kadar protein
sampai dengan 5 mikogram. Warna biru yang terjadi oleh
pereaksi Ciocalteau disebabkan reaksi antara protein dan Cu dalam larutan
alkalis dan terjadi reaksi pembentukan garam fosfomolibdat oleh tirosin dan
triptopan dengan pereaksi Ciocalteau (Ahmad, 1997).
Konsentrasi protein diukur
berdasarkan optical dencity pada
panjang gelombang tertentu untuk mengetahui banyaknya protein dalam larutan.
Protein dengan garam fosfotungstat pada suasana alkalis akan memberikan warna
biru yang intensitasnya tergantung pada konentrasi protein terteta (Arthur,
1996).
Analisa Kjeldahl dapat digunakan
untuk menganalisis kadar protein dalam sampel bahan makanan secara tidak langsung.
Analisa ini digunakan untuk mengetahui kadar protein dengan menggunakan asam
sulfat pekat dengan katalis selenium oksiklorida. Cara ini merupakan cara yang
sederhana dan mudah dilakukan (Basari, 1997).
B.
Spektrofotometri uv–vis
Spektrofotometri Sinar Tampak
(UV-Vis) adalah pengukuran energi cahaya oleh suatu sistem kimia pada panjang
gelombang tertentu (Day, 2002). Sinar
ultraviolet (UV) mempunyai panjang gelombang antara 200-400 nm, dan sinar
tampak (visible) mempunyai panjang gelombang 400-750 nm. Pengukuran menggunakan
spektrofotometer melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada molekul
yang dianalisis, sehingga spektrofotometer UV-Vis lebih banyak dipakai untuk
analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif. Konsentrasi dari analit di dalam larutan sampel
bisa ditentukan dengan mengukur absorbansi sinar oleh sampel pada panjang
gelombang tertentu dengan menggunakan hukum Lambert-Beer (Rohman, 2007).
Hukum Lambert-Beer menyatakan
hubungan linieritas antara absorbansi dengan konsentrasi larutan analit dan
berbanding terbalik dengan transmitan. Dalam hukum Lambert-Beer terdapat
beberapa batasan, yaitu :
a. Sinar yang digunakan dianggap monokromatis.
b. Penyerapan terjadi dalam suatu
volume yang mempunyai penampang yang sama.
c. Senyawa yang menyerap dalam larutan
tersebut tidak tergantung terhadap yang lain dalam larutan tersebut.
d. Tidak terjadi fluorensensi atau fosforisensi.
e. Indeks bias tidak tergantung pada
konsentrasi larutan.
Hukum Lambert-Beer dinyatakan dalam
rumus sbb :
A= E.b.c
dimana :
A = absorban
E= absorptivitas molar
b = tebal kuvet (cm)
c = konsentrasi
A = absorban
E= absorptivitas molar
b = tebal kuvet (cm)
c = konsentrasi
1.
Sumber
cahaya
Sumber
cahaya pada spektrofotometer harus memiliki panacaran radiasi yang stabil dan
intensitasnya tinggi. Sumber cahaya pada
spektrofotometer UV-Vis ada dua macam :
a)
Lampu
Tungsten (Wolfram) digunakan untuk mengukur sampel pada daerah tampak (visible). Bentuk lampu ini mirip dengan bola lampu pijar
biasa. Memiliki panjang gelombang antara
350-2200 nm. Spektrum radiasianya berupa
garis lengkung. Umumnya memiliki waktu
1000 jam pemakaian.
b) Lampu Deuterium dipakai pada panjang
gelombang 190-380 nm. Spektrum energi
radiasinya lurus dan digunakan untuk mengukur sampel yang terletak pada daerah UV.
Memiliki waktu 500 jam pemakaian.
2. Wadah Sampel
Wadah yang digunakan untuk sampel
dalam pengukuran menggunakan alat spektrofotometer disebut dengan kuvet. Kuvet kaca digunakan untuk analisis senyawa
menggunakan sinar tampak (Visible). Sedangkan kuvet kuarsa dan kuvet kaca silika
digunakan untuk analisis menggunakan sinar ultraviolet. .
3. Monokromator
Monokromator adalah alat yang akan memecah cahaya polikromatis menjadi cahaya tunggal (monokromatis) dengan komponen panjang gelombang tertentu. Bagian-bagian monokromator, yaitu :
Monokromator adalah alat yang akan memecah cahaya polikromatis menjadi cahaya tunggal (monokromatis) dengan komponen panjang gelombang tertentu. Bagian-bagian monokromator, yaitu :
a. Prisma
Prisma
akan mendispersikan radiasi elektromagnetik sebesar mungkin supaya di dapatkan
resolusi yang baik dari radiasi polikromatis.
b.
Grating
(kisi difraksi)
Kisi difraksi pectr keuntungan lebih bagi proses spektroskopi. Dispersi
sinar akan disebarkan merata, dengan pendispersi yang sama, hasil pectrum akan lebih baik. Selain itu
kisi difraksi dapat digunakan dalam seluruh jangkauan spectrum.
c.
Celah
optis
Celah ini digunakan untuk mengarahkan sinar monokromatis
yang diharapkan dari sumber radiasi. Apabila celah berada pada posisi yang
tepat, maka radiasi akan dirotasikan melalui prisma, sehingga diperoleh panjang
gelombang yang diharapkan.
d.
Filter
Berfungsi untuk menyerap warna komplementer sehingga cahaya
yang diteruskan merupakan cahaya berwarna yang sesuai dengan panjang gelombang
yang dipilih.
4.
Detektor
Detektor akan menangkap sinar yang diteruskan oleh larutan. Sinar kemudian diubah menjadi sinyal listrik
oleh amplifier dan dalam rekorder akan
ditampilkan dalam bentuk spectrum pada Visual
display/recorder. Detektor dapat memberikan respon terhadap
radiasi pada berbagai panjang gelombang.
5. Visual
display/recorder
Merupakan sistem baca yang memperagakan besarnya isyarat listrik, menyatakan dalam bentuk % Transmitan maupun Absorbansi.
Merupakan sistem baca yang memperagakan besarnya isyarat listrik, menyatakan dalam bentuk % Transmitan maupun Absorbansi.
C.
Prinsip Kerja Spektrofotometri UV-VIS
Cahaya
yang berasal dari lampu deuterium maupun wolfram yang bersifat polikromatis diteruskan
melalui lensa menuju ke monokromator pada spektrofotometer dan filter cahaya
pada fotometer. Monokromator kemudian
akan mengubah cahaya polikromatis menjadi cahaya monokromatis (tunggal). Berkas-berkas cahaya dengan panjang tertentu
kemudian akan dilewatkan pada sampel yang mengandung suatu zat dalam
konsentrasi tertentu. Oleh karena itu,
terdapat cahaya yang diserap (diabsorbsi) dan ada pula yang dilewatkan. Cahaya yang
dilewatkan ini kemudian diterima oleh detektor. Detektor kemudian akan menghitung cahaya yang
diterima dan mengetahui cahaya yang diserap oleh sampel. Cahaya yang diserap sebanding dengan
konsentrasi zat yang terkandung dalam sampel sehingga akan diketahui
konsentrasi zat dalam sampel secara kuantitatif dengan membandingkan absorbansi
sampel dan kurva standar BSA (Bovine
Serum Albumine).
D.
Hal–Hal yang
Perlu Diperhatikan dalam Proses Analisis
Menggunakan Spektrofotometer UV-VIS
1.
Larutan
yang dianalisis merupakan larutan berwarna.
Apabila larutan yang akan dianalisis merupakan larutan yang tidak
berwarna, maka larutan tersebut harus diubah terlebih dahulu menjadi larutan
yang berwarna, kecuali apabila diukur dengan menggunakan lampu UV.
2.
Panjang
gelombang maksimum yang digunakan adalah panjang gelombang yang menghasilkan
absorbansi maksimal. Hal ini dikarenakan
pada panjang gelombang maksimal, kepekaan alat terhadap tingkat absorbansi
sampel semakin tinggi. Selain itu, pada
panjang gelombang maksimal akan terbentuk kurva absorbansi yang datar sehingga
hukum Lambert-Beer dapat terpenuhi dan tingkat kesalahan pada pengukuran ulang
akan semakin kecil.
3. Spektrofotometer digunakan untuk
mengukur intensitas cahaya yang dipancarkan dan cahaya yang diabsorbsi oleh
sampel. Tiap sampel akan menyerap cahaya
pada panjang gelombang tertentu tergantung pada senyawa yang terbentuk. Oleh karena itu perlu dilakukan kalibrasi
panjang gelombang dan absorbansi pada spektrofotometer agar pengukuran yang didapatkan
lebih teliti dan akurat.
E.
Pembuatan Pereaksi
dan Penentuan Kadar Protein Menggunakan Metode Lowry (Lowry et al., 1951)
Pereaksi A :
2 gram Na2CO3 dilarutkan dalam 100 mL NaOH 0,1 N.
Pereaksi B : 5 mL
larutan CuSO4.5H2O 1% ditambahkan ke dalam 5 mL larutan Na(K) tartarat 1%.
Pereaksi C :
2 mL pereksi B
ditambahkan 100 mL
pereaksi A
Pereaksi D :
reagen folin ciocelteau diencerkan
dengan akuades 1:1.
Larutan standar : larutan BSA (Bovine Serum Albumin)
dengan kadar 0, 20, 40, 60, 80, 100, 120, dan 140 ppm.
Kadar
protein ditentukan dengan metode Lowry (Lowry et al., 1951). Sebanyak 0,1 mL sampel ditambahkan 0,9 mL akuades lalu
direaksikan dengan 5 mL pereaksi C dan diaduk rata. Kemudian dibiarkan selama 10 menit pada suhu
ruang. Setelah itu ditambahkan dengan
cepat 0,5 mL pereaksi D dan diaduk dengan sempurna, didiamkan selama 30 menit
pada suhu kamar. Untuk kontrol, 0,1 mL sampel
diganti dengan 0,1 mL akuades, selanjutnya perlakuannya sama seperti
sampel. Serapannya diukur menggunakan
spektrofotometer UV-Vis pada panjang
gelombang 750 nm. Untuk menentukan konsentrasi protein enzim
digunakan kurva standar BSA (Bovine Serum
Albumin).
F.
Contoh Perhitungan Kadar Protein Metode Lowry Menggunakan
Spektrofotometer UV-VIS
1.
Kurva
standar BSA (Bovine Serum
Albumin).
Tabel 1.
Absorbansi serum albumin sapi (BSA)
pada berbagai konsentrasi untuk penentuan Kurva standar BSA (Bovine Serum Albumin).
No
|
Konsentrasi BSA (μg mL-1)
|
Absorbansi (λ = 750)
|
1
|
20
|
0,066
|
2
|
40
|
0,119
|
3
|
60
|
0,167
|
4
|
80
|
0,212
|
5
|
100
|
0,269
|
6
|
120
|
0,297
|
7
|
140
|
0,350
|
Gambar 20. Kurva standar serum albumin sapi (BSA)
Gambar 1. Kurva
standar BSA (Bovine Serum Albumine)
2. Data Absorbansi Sampel
Tabel 2. Pengukuran absorbansi sampel
Sampel
|
Absorbansi sampel
|
Absorbansi Kontrol
|
Susu
|
0,0687
|
0,0492
|
3. Perhitungan Kadar Protein dalam
Sampel
Diketahui :
X = Kadar Protein
Y = absorbansi
y = a + bx
a = 0,014
b = 0,002
r = 0,994
* Persamaan Garis Regresi
Y = Absorbansi sampel – Absorbansi
kontrol
Y = a + bX
|
X = ((Y – a)/b)) x (FP)
X = ….mg/L
X = ….x 10-3 mg/mL Kadar protein
* Perhitungan Kadar
Protein pada Sampel Susu
Y = 0,014 + 0,002X
|
Y = 0,0687
– 0,0492
Y = 0,0195
X = ((0.0195– 0,014)/ 0,002)) x (10)
X = 27,5 mg/L
X = 27,5 x 10-3
X = 0,0275 mg/mL
Jadi, dalam 1 mL sampel susu tersebut terkandung 0,0257 mg
protein.
III.
KESIMPULAN
Dari isi makalah ini, maka diperoleh
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1.
Spektrofotometer
merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk mrngukur absorbansi dengan
cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu.
2.
Prinsip
kerjannya yaitu reaksi antar radiasi elektromagnetik dengan partikel sampel.
3. Semakin tinggi konsentrasi maka
semakin tinggi nilai absorbansi BSA.
4.
Pada
makalah ini, absorbansi susu sebesar 0,0687dan absorbansi kontrol sebesar 0,0492.
5.
Kekurangan
metode Lowry adalah sensitif terhadap perubahan pH dan
konsentrasi protein yang rendah. Oleh karena itu sampel harus diencerkan
sebanyak 10 kali.
6.
Pada makalah ini, kadar protein dalam
sampel susu adalah 0,0275
mg/mL.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, 1997, Kimia Dasar, Prinsip, dan Terapan Modern.
Jakarta : Erlangga.
Aisyah, 1998. Kimia Untuk Universitas. Jakarta : Gramedia.
Arthur, 1996. Kimia Anorganik. Jakarta: Erlangga.
Basari, 1997. Kimia Dasar. Kudus : PT. Gunung
Muria.
Lowry, O. H., N.
J., Rosebrough, A. L., Farr, R. J. Randall. 1951. Protein measurement with the
folin phenol reagent. J. Biol. Chem.
193-265.
Polling, 1996. Panduan Prantikum. Bandung : CV. Manggala Offset.
Mbak, numpang tanya apakah Lab di UNILA menerima pemeriksaan kandungan asam amino sebuah sample dengan biaya tertentu? Terima kasih.
ReplyDeleteInsya Allah menerima mbak.. di Lab Biokimia FMIPA Unila... datang saja mbak.. :) maaf baru bisa dibuka komentarnya.. Sejak lama ada gangguan kolom komentar sehingga gkbs saya baca :) TERSENGAT!
ReplyDeletesangat membantu .tugas selesai . thankyou
ReplyDelete