ROTI LIDAH BUAYA, OBAT
MAAG ALAMI
(Tugas Kuliah
Kewirausahaan Kimia)
Oleh:
Tyas Rosawinda.Kh
Resca Ridhatama
Yahya Ariyanta
PROGRAM STUDI
KIMIA
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit Maag adalah penyakit yang ditimbulkan oleh
kelebihan asam didalam lambung yang menyebabkan iritasi / luka di selaput
lendir lambung. Asam didalam lambung diperlukan untuk membantu mengolah dan
mencerna makanan yang kita makan. Tetapi apabila produksi asam di lambung
terlalu berlebih hal tersebut menyebabkan penyakit maag. Penyakit maag dapat
disebabkan pola hidup kita tidak sehat dan tidak teratur seperti makan tidak
teratur, makanan yang terlalu pedas dan berminyak, merokok, minuman
kopi/alkohol, bahkan stres menjadi salah satu faktor penyebab maag.
Lidah buaya untuk obat maag, kandungan aloin, aloin-emodin, resin,
tanin dan polisakarida pada lidah buaya baik untuk mengobati sakit maag. Zat
aktif lain diidentifikasi sebagai Aloctin A dan Aloctin B. Aloctin A menghambat
sekresi asam lambung dan pepsin jika diberikan secara intra vena pada tikus.
Kandungan yang berkhasiat lain adalah Aloin dan Antrakinon yang dapat
meningkatkan produksi prostaglandin. Selain itu, lidah buaya mempunyai khasiat
antiinflamasi. Gel lidah buaya mengandung bradykinase, yaitu suatu enzim
pemecah sumber inflamasi, bradykinin
Penyakit maag banyak diderita oleh orang memiliki kesibukan tinggi,
sehingga pola hidup dan makannya tidak teratur. Penyakit maag dapat diketahui
dari ciri-cirinya yaitu perut terasa kembung, mual hingga muntah, nyeri hulu
hati, sering bersendawa, cepat merasa kenyang dan lapar.Potensi pasar tanaman obat-obatan untuk bahan baku
industri baik obat tradisional maupun modern sangat besar. Hasil survey
Departemen Kesehatan menunjukkan bahwa dibutuhkan sedikitnya 8000 ton bahan
baku tanaman obat tiap tahunnya oleh perusahaan tanaman obat (Direktorat
Jenderal Produksi Hortikultural dan Aneka Tanaman, 2000).
Lidah buaya (Aloe vera (L.)
Webb.) merupakan tanaman yang telah lama dikenal di Indonesia karena
kegunaannya sebagai tanaman obat untuk aneka penyakit. Belakangan tanaman ini
menjadi semakin popular karena manfaatnya yang semakin luas diketahui yakni
sebagai sumber penghasil bahan baku untuk aneka produk dari industri makanan,
farmasi, dan kosmetik. Pada saat ini, berbagai produk lidah buaya dapat kita
jumpai di kedai, toko, apotek, restoran, pasar swalayan, dan internet yang
kesemuanya mengisyaratkan terbukanya peluang ekonomi dari komoditi tersebut
bagi perbaikan ekonomi nasional yang terpuruk dewasa ini.
Tanaman lidah buaya meskipun
bukan merupakan tanaman asli Indonesia ternyata dapat tumbuh baik di negara
kita,. Hal ini diakui oleh pakar lidah buaya mancanegara yang karenanya juga
turut menyayangkan bilamana keunggulan komparatif yang dimiliki oleh tanaman
ini tidak dimanfaatkan oleh Indonesia. Kepentingan pasar global, setidaknya
regional, terhadap lidah buaya Indonesia perlu ditindaklanjuti dengan berbagai
program yang mendukung pengembangan komoditi ini dari mulai pembudidayaannya di
lahan petani, pengolahan hasilnya menjadi berbagai produk agroindustri, dan
pemasaran produk-produk tersebut baik secara domestik maupun global. (Diperta
Tk I Kalbar, 2001).
Menurut Balai Pengkajian
Bioteknologi BPPT bahwa pengolahan lidah buaya menjadi tepung lidah buaya (aloe
powder) merupakan upaya teknologi untuk mendapatkan nilai tambah (added value),
sehingga lidah buaya tidak hanya dijual dalam bentuk pelepah segar yang
harganya relatif murah. Tepung lidah buaya digunakan pada industri farmasi,
kosmetika, minuman kesehatan dan tepung kue (aloe powder grade rendah).
Pendirian indutri tepung lidah buaya di dalam negeri diharapkan dapat
mengurangi impor dan meningkatkan perkembangan agroindustri lidah buaya.
Pengeringan Beku ini merupakan
salah satu cara dalam pengeringan bahan pangan. Pada cara pengeringan ini semua
bahan pada awalnya dibekukan, kemudian diperlakukan dengan suatu proses
pemanasan ringan dalam suatu lemari hampa udara. Kristal-kristal es ini yang
terbentuk Selama tahap pembekuan, menyublim jika dipanaskan pada tekanan hampa
yaitu berubah secara langsung dari es menjadi uap air tanpa melewati fase cair.
Ini akan menghasilkan produk yang bersifat porous dengan perubahan yang sangat
kecil terhadap ukuran dan bentuk bahan aslinya. Karena panas yang digunakan
sedikit, maka kerusakan karena panas juga kecil dibandingkan dengan cara-cara
pengeringan lainnya. Produk yang bersifat porous dapat
direhidrasi dengan cepat didalam air dingin.
1.2 Rumusan Masalah
·
Bagaimana membuat tepung lidah
buaya yang kandungan proteinnya aman saat dipanaskan?
·
Bagaimana membuat selai lidah
buaya yang awet dan bergizi?
·
Bagaimana
cara mengolah lidah buaya menjadi roti lidah buaya yang memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi?
1.3 Tujuan
·
Meningkatkan
nilai ekonomis dari lidah buaya
·
Memperkenalkan
tepung lidah buaya pada masyarakat
·
Memberikan informasi mengenai peluang pengembangan industri roti lidah buaya yang mampu mengurangi dan mengobati
gejala maag, khususnya pada mahasiswa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lidah buaya
Lidah buaya (Aloe vera) merupakan tanaman asli Afrika terutama
Mediterania. Lidah buaya sering dijuluki dengan “The Miracle Plant”. Tanaman
tersebut dapat tumbuh di daerah panas maupun dingin, dataran tinggi maupun
rendah. Daya adaptasinya yang tinggi dan kegunaan tanaman ini menyebabkan
banyak orang membawanya ke seluruh pelosok dunia termasuk Indonesia.
Lidah buaya sebagai bahan baku industri farmasi dan kosmetika telah
digunakan sejak lama. Pada zaman raja Mesir, Cleopatra, lidah buaya telah
digunakan sebagai pembasuh kulit yang sangat mujarab sehingga dijadikan bahan baku kosmetik yang
penting. Dioscerder dari Yunani mencatat bahwa sejak tahun 200 M lidah buaya
sudah dijadikan obat. Pada tahun 1750 sM lidah buaya telah digunakan di Timur
Tengah. Sebagai contoh, dalam tahun 550 sM The Egyptian book of Remedies
mendiskusikan variasi tanaman lidah buaya sebagai bahan baku obat-obatan dan kosmetik untuk
memperbaiki kulit.
Keistimewaan lidah buaya ini terletak pada gel-nya yang dapat
membuat kulit tidak cepat kering dan selalu kelihatan lembab. Kandungan senyawa
kimia pelepah lidah buaya lebih dari 200 jenis. Bagian terbesar kandungan gel
lidah buaya adalah air (98,5%), karbohidrat (0,3%), asam amino, lipid, sterol,
tanin, dan beberapa enzim.
Sementara itu, Bee Pollen yang dihasilkan oleh lebah madu, memiliki kandungan protein yang tinggi serta mengandung vitamin A, B, C, D dan E sehingga dapat berfungsi untuk membantu regenerasi dan memberikan nutrisi pada kulit (Pusat Perlebahan Apiari Pramuka, 2003).
Sementara itu, Bee Pollen yang dihasilkan oleh lebah madu, memiliki kandungan protein yang tinggi serta mengandung vitamin A, B, C, D dan E sehingga dapat berfungsi untuk membantu regenerasi dan memberikan nutrisi pada kulit (Pusat Perlebahan Apiari Pramuka, 2003).
Lidah buaya mengandung 20 mineral, 12 vitamin, 18 asam amino dan 200
senyawa aktif, termasuk diantaranya:
- Enzymes - protein yang dihasilkan oleh mahluk hidup dan berfungsi sebagai perangsang biokimia.
- Triterpenes - nutrisi yang dapat menurunkan kadar gula darah.
- Polysaccharides - merupakan karbohidrat kompleks, seperti selulosa.
- Phenolic glycosides. merupakan salah satu turunan gula yang memiliki efek antiseptik.
- Antakuinon Dan Kuinon Memiliki efek menghilangkan rasa sakit (analgetik) dan menghilangkan pusing.
·
Lignin/Selulosa Dalam gel lidah
buaya mampu menembus dan meresap ke dalam kulit, menahan hilangnya cairan tubuh
dari permukaan kulit, sehingga kulit tidak cepat kering serta terjaga
kelembabannya.
·
Acetylated Mannose Merupakan
imunositimulan yang kuat, yang berfungsi meningkatkan fungsi fagositik dari sel
makrofag, respon sel T terhadap patogen serta produksi interferon dan zat kimia
yang meningkatkan sistem imun untuk menstimulasi atau merangsang antibody.
·
Gel/Lendir Lidah Buaya
Mempunyai kemampuan untuk menyembuhkan luka, luka bakar, borok/eksim,
memberikan lapisan pelindung pada bagian yang rusak dan mempercepat tingkat
penyembuhan. Reaksi tersebut karena adanya Aloectin B yang menstimulasi sistem
immun.
·
Aloin, Aloe-Emodin Menyebabkan
usus besar berkonstraksi/mengkerut sehingga bersifat sebagai pencahar yang kuat
(laxative). Umumnya terjadi pengeluaran feses/buang air besar setelah 8-12 jam
pengkonsumsian.
Tepung lidah buaya merupakan bahan baku industri kosmetik, kuliner
dan farmasi yang lebih tahan terhadap reaksi oksidasi sehingga dapat disimpan
lebih lama dibandingkan dalam bentuk gel. Mutu gel lidah buaya cepat menurun
karena mempunyai kandungan enzim oksidase sehingga mudah teroksidasi bila
terjadi kontak antara gel lidah buaya dengan oksigen. Reaksi oksidasi
menyebabkan kandungan gizi pada gel liddah buaya cepat menurun, warnanya
menjadi coklat kekuningan, dan tercemar oleh bakteri. Gel lidah buaya yang
berbentuk cair mempunyai volume yang lebih besar dibandingkan tepung lidah
buaya sehingga lebih menyulitkan dalam pelaksanaan pengemasan dan
pendistribusian ke tempat yang jauh.
2.2 Pengeringan beku (freeze drying)
2.2.1 Pengertian pengeringan beku
Pengeringan
Beku ini merupakan salah satu cara dalam pengeringan bahan pangan. Pada cara
pengeringan ini semua bahan pada awalnya dibekukan, kemudian diperlakukan
dengan suatu proses pemanasan ringan dalam suatu lemari hampa udara.
Kristal-kristal es ini yang terbentuk Selma tahap pembekuan, menyublim jika
dipanaskan pada tekanan hampa yaitu berubah secara langsung dari es menjadi uap
air tanpa melewati fase cair. Ini akan menghasilkan produk yang bersifat porous
dengan perubahan yang sangat kecil terhadap ukuran dan bentuk bahan aslinya.
Karena panas yang digunakan sedikit, maka kerusakan karena panas juga kecil
dibandingkan dengan cara-cara pengeringan lainnya,\. Produk yang bersifat
porous dapat direhidrasi dengan cepat didalam air dingin(Gaman dan Sherrington,
1981).
Dalam
pengeringan beku, perpindahan panas ke daerah pengeringan dapat dilakukan oleh
konduksi atau pemancaran atau oleh gabungan kedua cara ini. Pengawasan laju
pindah panas sangat penting adalah perlu untuk menghindari pencairan es dan
dengan demikian laju pindah panas harus cukup rendah untuk menjamin hal ini.
Selain itu , untuk melakukan proses pengeringan dalam waktu yang masuk akal,
laju pindah panas haruslah setinggi mungkin. Unutk mencapai pengeringan yang
aman, perhatian yang utama ditujukan dalam perencanaan peralatan pengeringan
beku dan efisien. Faktor lain yang perlu diperhatian bahwa suhu permukan tidak
boleh sedemikian tinggi karena akan menyebabkan kerusakan bahan pangan pada
permukaannya (Earle, 1969).
Dengan menggunakan yang tinggi, dimungkinkan terciptanya shu keadaan suhu dan tekanan sehingga sifat fisik suatu substrat bahan pangan dapat diatur pada suatu titik kritik yang memungkinkan berhasilnya proses pengeringan dengan potensi rehidrasi yang dapat diperbaiki. Sistem ini telah dilakukan selam bertahun-tahundan disebut dehidrasi beku (Desrosier, 1988).
Dengan menggunakan yang tinggi, dimungkinkan terciptanya shu keadaan suhu dan tekanan sehingga sifat fisik suatu substrat bahan pangan dapat diatur pada suatu titik kritik yang memungkinkan berhasilnya proses pengeringan dengan potensi rehidrasi yang dapat diperbaiki. Sistem ini telah dilakukan selam bertahun-tahundan disebut dehidrasi beku (Desrosier, 1988).
Pengertian
lainnya tentang pengeringan beku, air dihilangkan dengan mengubahnya dari
bentuk beku (es) ke bentuk gas (uap air) tanpa melalui fase cair-fase yang
disebut sublimasi. Pengeringan beku dilakukan dalam hampa udara dan suhu sangat
rendah. Pengeringan beku ini menghasilkan produk terbaik, terutama karena
pangan tidak kehilangan banyak aroma dan rasa atau nilai gizi. Namun, proses
ini mahal karena memerlukan suhu rendah maupun tinggi dan keadaan hampa udara.
Penggunaan cara ini hanya dibenarkan jika panga sangat peka terhadap panas, dan
produk yang diperoleh harus memenuhi standar gizi yang tinggi (WHO, 1988).
2.2.2 Titik Tripel Air
Pada titik
teripel air, ditemukan air terdapat dalam tiga bentuk yaitu cairan, padat, dan
uap. Titik potong dari ketiga garis batas fase tersebut seperti terlihat pada
Gambar 36, dan titik potong ini disebut titik tripel. Pada suhu 320F dan
tekanan sebesar 4,7 mm air raksa, air berada dalam kondisi yang demikian. Jika
dikehendaki agar supaya molekul-molekul air berpindah dari fase padat ke fase
uap tanpa melalui fase air, maka akan kelihatan dari diagram bahwa 4,7 mm
adalah merupakan tekanan maksimum unutk terjadinya kondisi tersebut, dan
terdapat suatu rentang suhu yang dapat memenuhinya (Desrosier, 1988). Pada
tekanan diatas 4,7 mm dapat terjadi fase cair. Dengan jalan menurunkan tekanan
menjadi 5 mm maka akan terjadi pendidihan. Blair telah menemukan bahwa pada
tekanan 4 mm dapat terjadi pembusaan pada beberapa substrat cair, dan pembusaan
ini dapat dikendalikan. Pada tekanan 4 mm biasanya suatu bahan panagn telah
berada dibawah titik tripelnya dan umumnya proses-proses dehidrasi beku
dirancang pada tekanan ini atau lebih rendah (Desrosier, 1988).
2.2.3 Perbedaan Dehidrasi Konvensional dan Dehidrasi Beku
Dengan
pengendalian suhu dan tekanan yang memadai, dapat dihasilkan bahan pangan
kering yang santa baik, termasuk daging. Sifat-sifat rehirasi, retensi zat
gizi, warna, cita rasa, dan tekstur dari produk yang dikeringkan dengan benar
menunjukkan bahwa aplikasi proses dapat menjadi luas dimasa mendatang
Pengembangan
perlatan pengeringan beku kontinu akan dapat mempercepat penyebarluasan
aplikasi tenik baru ini. Unutk angkatan darta sudah dapat diproduksi dengan benar
dan baik, makanan praolah kering beku yang memiliki semua kualitas makanan
olahan yang diolah lagsung dari bahan yang segar (Desrosier, 1988)..
Dehidrasi konvensional
|
Dehidrasi beku
|
1. Berhasil baik bagi bahan pangan yang
mudah dikeringkan, misalnya buah-buahan.
2. Umumnya daging tidak memuaskan
3. Pengolahan kontinu
4. Umumnya suhu yang digunakan 1000F dan
2000F
5. Biasanya pada tekanan atmosfer
6. Waktu pengeringan pendek, biasanya
kurang dari 12 jam
7. Penguapan air dari permukaan bahan
pangan
8. Partkel kering padat
9. Densitas lebih tinggi dari bahn pangan
yang asli
10. Bau sering kali abnormal
11. Biasanya warna lebih gelap
12. Rehidrasi lambat, biasanya tidak
sempurna
13. Cita rasa abnormal
14. Stabilitas penyimpanan baik, cenderung
menjadi gelap dan tengik
15. Biaya umumnya rendah, sekitar 2sampai 7
sen dolar per pond air yang diuapkan
|
1. Berhasil baik bagi kebanyakan bahan
pangan
2. Berhasil baik terhadap produk-produk
hewan yang dimasak atau mentah
3. Pengolahan tidak kontinu
4. Suhu yang digunakan cukup rendah unutk
mencehah pencairan
5. Tekanan yang digunakan dibawah 4 mm Hg
6. Waktu pengeringan umumnya antara 12 dan
24 jam
7. Hilangnya air melalui sublimasi dari
perbatasan zona kristal-kristal es yang abadi
8. Partikel kering porous
9. Densitas lebih rendah dari pada bahan
pangan yang asli
10. Bau asli
11. Warna asli
12. Rehidrasi dapat cepat, sempurna
13. Citarasa asli
14. Stabilitas penyimpanan sangat baik
15. Biaya umumnya sangat tinggi, empat kali
lebih besar dari dehidrasi konvesional
|
BAB III
METODE
- Pembuatan Tepung Lidah Buaya
3.1 Alat dan bahan
·
Alat
1.
Loyang
alumunium
2.
Frezee drier
3.
Blender
4.
Wadah plastik
5.
Timbangan
6.
Pisau
·
Bahan
1. Lidah buaya
2. Air
3.2 Bagan alir
3.3 Cara kerja dan pengamatan
- Pembuatan Selai Lidah Buaya
3.4
Bahan-bahan
- 1 kg daging lidah buaya.
- 500 gram Gula Pasir.
- 0,1 % asam askorbat atau 1 gram per liter air atau asam sitrat 0,2 % atau 2 gram per liter.
- 0,5 % natrium benzoat atau 5 gram per kg daging lidah buaya.
- 3 gram agar-agar bubuk atau ½ bungkus.
3.5 Cara Membuat
- Lidah buaya yang sudah bersih direndam di dalam larutan asam askorbat selama 15 menit, lalu ditiriskan dan dihancurkan menggunakan blender.
- Hasil hancuran ini dipanaskan sesaat, kemudian ditambahkan gula pasir, asam sitrat, dan agar-agar.
- Dipanaskan hingga mendidih sambil diaduk, lalu ditambahkan bahan pengawet benzoat.
- Jika telah terbentuk gel, pemanasan dihentikan dan busa yang ada di permukaan selai dibuang.
- Selai siap dikemas dalam botol.
- Selanjutnya tepung diolah menjadi roti dan diolesi selai lidah buaya diatasnya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Tahap Pencucian
Tahap
pencucian merupakan proses penghilangan kotoran sehingga didapatkan pelepah
lidah buaya yang bersih untuk pengolahan selanjutnya sehingga didapatkan
pelepah lidah buaya bersih 5 kg.
4.1.2 Tahap Pengupasan
Tahap
pengupasan dilakukan untuk memisahkan gel dan kulit pelepah lidah buaya. Gel
yang didapatkan adalah 3 kg.
4.1.3 Tahap Pengekstrakan
Tahap
pengekstrakan adalah memisahkan ampas dengan ekstrak lidah buaya. Cairan lidah
buaya yang didapatkan adalah 2,65 kg
4.1.4 Tahap Pengeringan
Tahap
pengeringan dilakukan untuk membuang sebagian air sehingga didapatkan tepung
lidah buaya. Dari 150 mL cairan lidah buaya, tepung yang didapatkan 0,8 gram.
4.2 Pembahasan
Tahap awal proses pembuatan
tepung lidah buaya adalah proses pencucian yang bertujuan untuk membuang
sisa-sisa tanah, residu pupuk, dan kotoran lainnya. Pencucian dilakukan dengan
mengalirkan air ke dalam bak pencuci sehingga pelepah lidah buaya terendam dan
terjadi perputaran air yang dapat memberikan efek pembersihan yang sama pada
setiap pelepah. Pelepah lidah buaya yang telah dicuci ditempatkan pada sebuah
wadah. Seteh dicuci, diperoleh pelepag lidah buaya sebanyak 5 kg.
Proses pengupasan
lidah buaya dilakukan dengan pisau yang juga langsung memisahkan bagian gel dan
kulit lidah buaya. Gel lidah buaya yang telah terkupas langsung dimasukkan ke dalam
blender sehingga tidak terjadi reaksi perubahan warna (browning). Bagian-bagian
yang rusak dan busuk juga dibuang pada saat pengupasan. Setelah proses
pengupasan, diperoleh ge sebanyak 3 kg.
Pengekstrakan lidah
buaya dilakukan dengan proses pembuburan dan penyaringan yang bekerja secara
berkesinambungan. Gel lidah buaya dimasukkan ke dalam blender untuk dibuburkan dan dilanjutkan dengan penyaringan. Hasil
akhir proses adalah gel lidah buaya yang telah bersih dari ampas, cair dan
jernih. Tahap pengekstrakan tidak memerlukan air sehingga ekstrak lidah buaya
tidak tercampur dengan air. Pada proses ini diperoleh gel lidah buaya sebanyak
2,65 kg.
Bubur lidah buaya dimasukkan
ke dalam freeze dryer dengan suhu
sebesar -600C. Hasil pengeringan berupa lempeng-lempeng tepung yang
harus digiling untuk menghasilkan tekstur yang seragam. Dikarenakan oleh
keterbatasan alat dan waktu, tidak semua bubur lidah buaya yang didapat
dimasukkan ke dalam freeze dryer.
Bubur yang dimasukkan ke dalam freeze
dryer adalah sebanyak 150 mL. Dari 150 mL bubur lidah buaya yang dimasukkan
ke dalam freeze dryer diperoleh
tepung lidah buaya sebanyak 0,8 gram
Penggilingan seharusnya dilakukan
dengan hammer mill, tetapi dikarenakan keterbatasan alat yang ada, kami
menggunakan blender untuk
menghaluskan lempengan tepung. Pengilingan dilakukan untuk menghasilkan produk
yang memiliki partikel homogen.
Tepung buaya yang diperoleh
sedikit, hal ini dikarenakan kandungan air pada lidah buaya sangat banyak,
sehingga pada proses pengeringan air yang ada pada bubur lidah buaya menguap.
Lalu, Lidah buaya yang sudah bersih direndam di
dalam larutan asam askorbat selama 15 menit, lalu ditiriskan dan dihancurkan
menggunakan blender. Hasil hancuran ini dipanaskan sesaat, kemudian
ditambahkan gula pasir, asam sitrat, dan agar-agar. Dipanaskan hingga mendidih
sambil diaduk, lalu ditambahkan bahan pengawet benzoat. Jika telah terbentuk
gel, pemanasan dihentikan dan busa yang ada di permukaan selai dibuang.Selai
siap dikemas dalam botol.
Selanjutnya, tepung
diolah menjadi roti dan selai diolesi diatasnya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Pada pembuatan tepung lidah
buaya dengan teknik pengeringan pada suhu rendah diperoleh tepung lidah buaya
sebanyak 0,8 gram. Roti lidah buaya dapat dibuat dari tepung lidah buaya untuk
selanjutnya diolesi selai lidah buaya. Kandungan lidah buaya dapat mengurangi
gejala/ penyakit maag yang notabene diderita oleh mahasiswa akibat pola makan yang
tidak teratur.
5.2 Saran
Pembuatan tepung
lidah buaya ini cocok untuk industri dengan skala yang besar, karena untuk
menghasilkan/memproduksi tepung lidah buaya yang banyak, diperlukan juga
pelepah lidah buaya yang banyak. Tepung lidah buaya cocok digunakan sebagai
bahan baku bagi industri pemakai tepung lidah buaya seperti industri kuliner, kosmetik
dan farmasi.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
(2007). Kajian penggunaan lidah buaya
(aloevera). [online]. Tersedia. : (http://naynienay.wordpress.com/2007/12/01/kajian-penggunaan-lidah-buaya-aloe-vera/
Buckle, K. A., R. A. Edwards., G.H.
Fleet., and Wooton. (1987). Ilmu Pangan.
Penerjemah H. Purnomo dan Adiono. UI-Press, Jakarta.
Freakazoid.
(2008). Rahasia dibalik duri tajam lidah
buaya. [online]. Tersedia:
http://www.sendokgarpu.com/user/profile/freakazoid/2471/
Setalah saya membaca makalah di atas,saya menyimpulkan bahwa tepung lidah buaya aman untuk diolah menjadi aneka olahan roti dan kue.
ReplyDeleteSaya penasaran apakah ada cara lain dalam pembuatan tepung lidah buaya? Tanpa menggunakan freezer drier.Karena saya menyadari bahwa alat tersebut cukup luar biasa dari segi harga.
Terima kasih saya ucapkan sebelumnya, saya berharap ibu berkenan meluangkan waktunya untuk menjawab rasa penasaran saya
Setalah saya membaca makalah di atas,saya menyimpulkan bahwa tepung lidah buaya aman untuk diolah menjadi aneka olahan roti dan kue.
ReplyDeleteSaya penasaran apakah ada cara lain dalam pembuatan tepung lidah buaya? Tanpa menggunakan freezer drier.Karena saya menyadari bahwa alat tersebut cukup luar biasa dari segi harga.
Terima kasih saya ucapkan sebelumnya, saya berharap ibu berkenan meluangkan waktunya untuk menjawab rasa penasaran saya
Terimakasih sebelumnya sudah berkenan mampir bu Ara... untuk sementara ini, belum ada bu.. karena menggunakan alat lain seperti oven dsb, beresiko mengurangi (bahkan menghilangkan) zat-zat penting yang terkandung di dalam tepung lidah buaya tersebut bu.. Kalau ibu kebetulan mendapatkan contoh alat lain pengganti freezer drier, bisa kita diskusikan bersama apakah efektif atau tidak dalam proses pembuatan tepung ini bu :) Terimakasih... :)
Delete