Indahnya Berbagi....





“Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah, adalah serupa dengan sebutir bibit yang menumbuhkan 7 butir, pada tiap butir (berisi) seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa saja yang Dia kehendaki dan Allah maha luas karunianya dan maha mengetahui” (Al-Baqarah:261)


Bagi sebagian besar umat islam, ayat diatas pasti sudah tak asing lagi di telinga, bahkan mungkin sudah menjadi bagian dalam paket muqadimah khutbah dan ceramah. Tapi untuk lebih meresapi keagungan ayat itu, dibutuhkan lebih dari sekedar mendengarkan.


Mungkin terasa janggal jika kita perhatikan tingkat modernisasi di masa kini, Banyak gedung-gedung perkantoran  menjulang tinggi, kontras dengan masjid-masjid yang terlihat sepi dan tak terurus, bahkan saat adzan sholat jum’at berkumandang. Lebih banyak hartawan yang tidak dermawan, sementara para jutawan lebih diwajibkan membayar pajak daripada menyisihkan sebagian kecil hartanya untuk sekedar berinfak.


Astaghfirullahaladzhiim.. apa yang kita fikirkan tentang harta yang saat ini melekat dalam diri?sudah berterimakasih kah kepada sang maha pemberi? Rasulullah mengajarkan kepada kita untuk saling berbagi, untuk memulai semangat filantropi (kedermawanan) dengan ikhlas dan kontinuitas demi menghiasi perjalanan titipan rezeki dari yang Maha kuasa. Karena syukur yang sebenarnya adalah menggunakan nikmat sesuai dengan kehendak pemberinya (tashriifun ni’mah /ala muraadi mu’thiiha).


Allah meminta umatnya untuk mengeluarkan sebagian rezeki yang telah dikeluarkan dan berjanii akan menggantinya sepuluh kali lipat bahkan 700 kali lipat ( al-baqarah: 261). Bahkan Allah telah mengumpamakan infak seperti menanam benih di tanah yang subur, yang kemudian akan terus tumbuh dan akhirnya, bibit dari benih itu kembali kita makan dengan jumlah yang lebih banyak.


Tapi faktanya? Masyarakat kita saat ini lebih “nyaman” membalas rasa syukur itu dengan hidup berfoya-foya . Berinfak di masjid dirasa kurang afdhol, sedekah bagi yang kurang mampu dianggap sebagai hal yang sia-sia, sebab sebagian besar penghuni negeri ini berstatus sebagai ‘warga kurang mampu’. Inilah fakta sekaligus realita yang sedikit banyak telah menggugah sisi sensitifitas orang-orang yang masih punya rasa kedermawanan, untuk menjaga semangat fastabiqul khairatnya demi sebuah ridho serta berkah atas penghasilannya yang halalan thoyyiban.


“Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah kami berikan kepadamu sebelum kematian datang kepada salah seorang diantara kamu” (Q.S Al-Munaafiquun:10). 


Melalui infak, seorang mukmin seperti sedang membersihkan dan memelihara bibit hartanya agar senantiasa berbuah, ia tidak akan merusak tanamannya dengan virus-virus riya, sombong, ammarah bis-si dan dzolim. Ia tidak akan menyakiti perasaan penerima sedekahnya hanya karena ingin sekedar mencari popularitas dan berniat merendahkan kehormatan penerimanya, karena virus-virus syaithaniyah hanya akan merusak tanaman amalnya dan membuatnya kering, lalu mati.


“Hai orang-ornag yang beriman, janganlah kamu menghilangkan sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerimanya), seperti orang yang menginfakkan hartanya karena riya kepada manusia, dan Ia tidak beriman kepada Allah serta hari kemudian” (Al-Baqarah:264)


Allah menegaskan bahwa sedekah yang diiringi dengan riya akan menguap dan tidak akan membuahkan rahmat di akhirat, bahkan dalam sebuah hadist bukhari tentang 7 jenis orang yang akan menerima naungan Allah di hari akhir, Allah menyebutkan diantaranya ialah orang-orang yang gemar berinfak dengan tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya tidak tahu apa yang telah tangan kanannya berikan.


Mari giatkan mutaba’ah infak kita, menabung amal shaleh tuk meraih cita-cita abadi kita ,menghuni surga-Nya. Jangan pernah sedikitpun terbesit “Takut rugi”, ringankanlah uluran tangan saat bersedekah, sedikit namun ikhlas dan kontinu. Karena, selain Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik, sedekahpun dapat menghilangkan hawa nafsu dan menghapus kesalahan serta keburukan 


“Bahwasannya Sedekah itu memadamkan amarah Allah dan menolak daripada kematian yang buruk” (H.R tirmidzi)


Semoga kelak akan kita jumpai wajah-wajah bercahaya di masa modernisasi ini, yang tetap senang mengisi kotak-kotak amal yang diedarkan di masjid-masjid, tetap tersenyum membagi sebagian rezeki yang dimilikinya untuk saudara-saudara pengemis di pinggir jalan, tetap ikhlas menginfakkan hartanya hanya demi menuai ridho-Nya, yang demikian itu ialah “seperti sebuah kebun di dataran tinggi yang disiram oleh air hujan, kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat, jika hujan lebat tidak menyiramnya, maka hujan gerimis (pun memadai). Allah maha melihat apa yang kamu perbuat” Al-Baqarah: 265)


Berinfaklah!!

Dan bersiap-siaplah untuk meraih kesholehan melalui amal sholeh bersama orang-orang yang sholeh. Sebab pengakuan cinta dan iman kepada Allah tidak akan sempurna tanpa kesiapan kita untuk berkorban jiwa, raga dan harta untuk umat-Nya. Wallahu A’lam….



rainbownight_artYasa

(Tulisan ini dibuat untuk memenuhi permintaan Ketua Umum ROIS FMIPA periode 2011-2012) 
gambar by: google.com

0 Response to "Indahnya Berbagi...."

Post a Comment

Most Popular

Pengikut