UJI DARAH
(HIV, HEPATITIS B, DAN KANKER)
(Tugas Teknik Penelitian Biokimia)
Oleh
Tyas Rosawinda. Kh
0917011048
Jurusan Kimia
Fakutas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Lampung
2012
1. HIV (Human Immunodeficiency
Virus )
A.
Pengertian HIV
HIV merupakan
singkatan dari Human Immunodeficiency Virus yang artinya virus yang
menyerang sistem daya tahan tubuh atau
sistem
imun. Akibat jangka panjang dari virus ini yaitu melemahnya pertahanan tubuh. Karena sistem imun atau
daya tahan tubuh berkurang, tubuh seseorang yang terkena HIV rentan terkena
penyakit infeksi. Kumpulan penyakit atau infeksi yang umumnya menyerang orang yang terkena HIV disebut
Acquired Immunodeficiency Syndrome
(AIDS) atau
sindrom defisiensi imun.Dengan kata lain, HIV adalah virus penyebab AIDS. HIV terdapat di dalam
cairan tubuh seseorang yang telah terinfeksi seperti di dalam darah, air mani
atau cairan vagina.
Sebelum HIV
berubah menjadi AIDS, penderitanya akan tampak sehat dalam waktu kira-kira 5
sampai 10 tahun. Walaupun
tampak sehat, para penderita
dapat menularkan HIV pada orang lain melalui hubungan seks yang tidak aman,
tranfusi darah atau pemakaian jarum suntik secara bergantian. HIV dapat ditularkan
melalui 2 cara, yaitu :
·
Hubungan seks (anal,
oral, vaginal) yang tidak terlindungi dengan orang yang telah terinfeksi HIV.
·
Transfusi darah atau penggunaan jarum
suntik secara bergantian.
HIV tidak
ditularkan melalui jabatan tangan, sentuhan, ciuman, pelukan, gigitan
nyamuk, menggunakan peralatan
makan atau minum yang sama, atau memakai jamban yang sama atau tinggal serumah.
Orang
yang terjangkit AIDS, biasanya akan mengalami gejala-gejala sebagi berikut:
·
Merasa kelelahan yang
berkepanjangan.
·
Deman dan berkeringat
pada malam hari tanpa sebab yang jelas.
·
Batuk yang tidak
sembuh-sembuh disertai sesak nafas yang berkepanjangan.
·
Diare terus-menerus
selama 1 bulan.
·
Bintik-bintik berwarna
keungu-unguan yang tidak biasa.
·
Berat badan menurun
secara drastis lebih dari 10% tanpa alasan yang jelas dalam 1 bulan.
·
Pembesaran kelenjar
secara menyeluruh di leher dan lipatan paha.
B.
Tes HIV
Orang yang terinfeksi HIV tidak dapat diketahui
dari penampilan fisiknya saja karena orang tersebut terlihat seperti orang
sehat lainnya. Jadi, untuk menentukan seseorang terinfeksi HIV harus dilakukan
berbagai pemeriksaan. Umumnya, ada tiga tipe deteksi HIV, yaitu tes PCR, tes
antibodi HIV, dan tes antigen HIV.
·
Tes reaksi berantai polimerase (PCR) merupakan
teknik deteksi berbasis asam nukleat (DNA dan RNA) yang dapat mendeteksi
keberadaan materi genetik HIV di dalam tubuh manusia. Tes ini sering pula
dikenal sebagai tes beban virus atau tes amplifikasi asam nukleat (HIV NAAT).
PCR DNA biasa merupakan metode kualitatif yang hanya bisa mendeteksi ada atau
tidaknya DNA virus. Sedangkan, untuk deteksi RNA virus dapat dilakukan dengan
metode real-time PCR yang merupakan metode kuantitatif. Deteksi asam
nukleat ini dapat mendeteksi keberadaan HIV pada 11-16 hari sejak awal infeksi
terjadi. Tes ini biasanya digunakan untuk mendeteksi HIV pada bayi yang baru
lahir, namun jarang digunakan pada individu dewasa karena biaya tes PCR yang
mahal dan tingkat kesulitan mengelola dan menafsirkan hasil tes ini lebih
tinggi bila dibandingkan tes lainnya.
·
Tes antibodi
HIV yang murah dan akurat lebih sering digunakan untuk mendeteksi HIV pada
orang dewasa. Seseorang yang terinfeksi HIV akan menghasilkan antibodi untuk
melawan infeksi tersebut. Tes antibodi HIV akan mendeteksi antibodi yang
terbentuk di darah, saliva (liur), dan urin. Sejak tahun 2002, telah
dikembangkan suatu penguji cepat (rapid test) untuk mendeteksi antibodi
HIV dari tetesan darah ataupun sampel liur (saliva) manusia. Sampel dari tubuh
pasien tersebut akan dicampur dengan larutan tertentu. Kemudian, kepingan alat
uji (test strip) dimasukkan dan apabila menunjukkan hasil positif maka
akan muncul dua pita berwarna ungu kemerahan. Tingkat akurasi dari alat uji ini
mencapai 99.6%.
·
Tes antigen dapat mendeteksi antigen (protein
P24) pada HIV yang memicu respon antibodi. Pada tahap awal infeksi HIV, P24
diproduksi dalam jumlah tinggi dan dapat ditemukan dalam serum darah. Tes
antibodi dan tes antigen digunakan secara berkesinambungan untuk memberikan
hasil deteksi yang lebih akurat dan lebih awal. Tes ini jarang digunakan
sendiri karena sensitivitasnya yang rendah dan hanya bisa bekerja sebelum
antibodi terhadap HIV terbentuk.
2.
Hepatitis B
A.
Pengertian Hepatitis B
Hepatitis B adalah
suatu penyakit hati yang
disebabkan oleh Virus Hepatitis B(VHB), suatu anggota famili Hepadnavirus. Dibandingkan
virus HIV , virus Hepatitis B (HBV) seratus kali lebih ganas (infectious),
dan sepuluh kali lebih banyak
menularkan. Virus ini dapat menyebabkan peradangan hati
akut atau menahun yang pada sebagian kecil kasus dapat berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati. Penyebab Hepatitis ternyata tak semata-mata karena virus. Keracunan obat, dan
paparan berbagai macam zat kimia seperti
karbon tetraklorida, chlorpromazine, chloroform, arsen,
fosfor, dan zat-zat lain yang digunakan sebagai obat dalam industri modern,
bisa juga menyebabkan Hepatitis. Zat-zat kimia ini mungkin
saja tertelan, terhirup atau diserap melalui kulit penderita.
Menetralkan suatu racun yang beredar di dalam darah adalah pekerjaan hati. Jika
banyak sekali zat kimia beracun yang masuk ke dalam tubuh, hati bisa saja rusak
sehingga tidak dapat lagi menetralkan racun-racun lain.
Pada umumnya, gejala awal penyakit Hepatitis B berupa hilangnya selera
makan, rasa tidak enak di perut, mual sampai muntah, demam ringan,
kadang-kadang disertai nyeri sendi dan bengkak pada perut kanan atas. Setelah
satu minggu akan timbul gejala utama seperti bagian putih pada mata tampak
kuning, kulit seluruh tubuh tampak kuning dan air seni berwarna seperti teh.
Hepatitis B merupakan bentuk Hepatitis yang lebih serius dibandingkan
dengan jenis hepatitis lainnya. Penderita Hepatitis B bisa terjadi pada setiap
orang dari semua golongan umur. Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan virus Hepatitis
B ini menular,yaitu :
- Secara vertikal, cara penularan vertikal terjadi dari Ibu yang mengidap virus Hepatitis B kepada bayi yang dilahirkan yaitu pada saat persalinan atau segera setelah persalinan.
- Secara horisontal, dapat terjadi akibat penggunaan alat suntik yang tercemar, tindik telinga, tusuk jarum, transfusi darah, penggunaan pisau cukur dan sikat gigi secara bersama-sama (Hanya jika penderita memiliki penyakit mulut (sariawan, gusi berdarah,dll) atau luka yang mengeluarkan darah) serta hubungan seksual dengan penderita.
B.
Tes Hepatitis B
Diagnosis infeksi Hepatitis B kronis didasarkan pada pemeriksaan
serologi, petanda virologi, biokimiawi dan histologi. Secara
serologi, pemeriksaan yang dianjurkan untuk diagnosis dan
evaluasi infeksi Hepatitis B kronis adalah
·
Antigen permukaan
hepatitis (HBsAg)
HBsAg merupakan petanda serologik
infeksi virus hepatitis B pertama yang muncul di dalam serum dan mulai
terdeteksi antara 1 sampai 12 minggu pasca infeksi, mendahului munculnya gejala
klinik serta meningkatnya SGPT. Selanjutnya HBsAg merupakan satu-satunya
petanda serologik selama 3 – 5 minggu. Pada kasus yang sembuh, HBsAg akan
hilang antara 3 sampai 6 bulan pasca infeksi sedangkan pada kasus kronis, HBsAg
akan tetap terdeteksi sampai lebih dari 6 bulan. HBsAg positif yang persisten
lebih dari 6 bulan didefinisikan sebagai pembawa (carrier). Sekitar 10%
penderita yang memiliki HBsAg positif adalah carrier, dan hasil uji dapat tetap
positif selam bertahun-tahun.
Pemeriksaan HBsAg berguna untuk diagnosa infeksi virus hepatitis B, baik untuk keperluan klinis maupun epidemiologik, skrining darah di unit-unit transfusi darah, serta digunakan pada evaluasi terapi hepatitis B kronis. Pemeriksaan ini juga bermanfaat untuk menetapkan bahwa hepatitis akut yang diderita disebabkan oleh virus B atau superinfeksi dengan virus lain.
HBsAg positif dengan IgM anti HBc dan HBeAg positif menunjukkan infeksi virus hepatitis B akut. HBsAg positif dengan IgG anti HBc dan HBeAg positif menunjukkan infeksi virus hepatitis B kronis dengan replikasi aktif. HBsAg positif dengan IgG anti HBc dan anti-HBe positif menunjukkan infeksi virus hepatitis B kronis dengan replikasi rendah.
Pemeriksaan HbsAg secara rutin dilakukan pada pendonor darah untuk mengidentifikasi antigen hepatitis B. Transmisi hepatitis B melalui transfusi sudah hampir tidak terdapat lagi berkat screening HbsAg pada darah pendonor. Namun, meskipun insiden hepatitis B terkait transfusi sudah menurun, angka kejadian hepatitis B tetap tinggi. Hal ini terkait dengan transmisi virus hepatitis B melalui beberapa jalur, yaitu parenteral, perinatal, atau kontak seksual. Orang yang berisiko tinggi terkena infeksi hepatitis B adalah orang yang bekerja di sarana kesehatan, ketergatungan obat, suka berganti-ganti pasangan seksual, sering mendapat transfusi, hemodialisa, bayi baru lahir yang tertular dari ibunya yang menderita hepatitis B.
Pemeriksaan HBsAg berguna untuk diagnosa infeksi virus hepatitis B, baik untuk keperluan klinis maupun epidemiologik, skrining darah di unit-unit transfusi darah, serta digunakan pada evaluasi terapi hepatitis B kronis. Pemeriksaan ini juga bermanfaat untuk menetapkan bahwa hepatitis akut yang diderita disebabkan oleh virus B atau superinfeksi dengan virus lain.
HBsAg positif dengan IgM anti HBc dan HBeAg positif menunjukkan infeksi virus hepatitis B akut. HBsAg positif dengan IgG anti HBc dan HBeAg positif menunjukkan infeksi virus hepatitis B kronis dengan replikasi aktif. HBsAg positif dengan IgG anti HBc dan anti-HBe positif menunjukkan infeksi virus hepatitis B kronis dengan replikasi rendah.
Pemeriksaan HbsAg secara rutin dilakukan pada pendonor darah untuk mengidentifikasi antigen hepatitis B. Transmisi hepatitis B melalui transfusi sudah hampir tidak terdapat lagi berkat screening HbsAg pada darah pendonor. Namun, meskipun insiden hepatitis B terkait transfusi sudah menurun, angka kejadian hepatitis B tetap tinggi. Hal ini terkait dengan transmisi virus hepatitis B melalui beberapa jalur, yaitu parenteral, perinatal, atau kontak seksual. Orang yang berisiko tinggi terkena infeksi hepatitis B adalah orang yang bekerja di sarana kesehatan, ketergatungan obat, suka berganti-ganti pasangan seksual, sering mendapat transfusi, hemodialisa, bayi baru lahir yang tertular dari ibunya yang menderita hepatitis B.
·
Antibodi antigen
permukaan hepatitis B (anti-HBs)
Fase akut hepatitis B biasanya
berlangsung selama 12 minggu, oleh karena itu HBsAg tidak didapati dan
terbentuk anti-HBs. Penanda serum ini mengindikasikan pemulihan dan imunitas
terhadp virus hepatitis B. IgM anti-HBs akan menentukan apakah penderita masih
dalam keadaan infeksius. Titer anti-HBs >10 mIU/ml dan tanpa keberadaan
HBsAg, menunjukkan bahwa penderita telah pulih dari infeksi HBV.
·
Antigen e hepatitis B
(HBeAg)
Penanda serum ini hanya akan terjadi
jika telah ditemukan HBsAg. Biasanya muncul 1 minggu setelah HBsAg ditemukan
dan menghilang sebelum muncul anti-HBs. Jika HBeAg serum masih ada setelah 10
minggu, penderita dinyatakan sebagai carrier kronis.
·
Antibodi antigen HBeAG
(anti-HBe)
Bila terdapat anti-HBe, hal ini
mengindikasikan bahwa telah terjadi pemulihan dan imunitas terhadap infeksi
HBV.
·
Antibodi antigen inti
(anti-HBc)
Anti HBc terjadi bersamaan dengan temuan
HBsAg positif kira-kira 4-10 minggu pada fase HBV akut. Peningkatan titer IgM
anti-HBc mengindikasikan proses infeksi akut. Anti-HBc dapat mendeteksi
penderita yang telah terinfeksi HBV. Penanda serum ini dapat tetap ada selama
bertahun-tahun, dan penderita yang memiliki anti-HBc positif tidak boleh
mendonorkan darahnya.Pemeriksaan anti-HBc dan IgM anti-HBc sangat bermanfaat
untuk mendiagnosis infeksi HBV selama “window period” antara hilangnya HBsAg
dan munculnya anti-HBs.
Pemeriksaan virologi, dilakukan untuk mengukur jumlah HBV DNA serum
sangat penting karena dapat menggambarkan tingkat replikasi virus.
Pemeriksaan biokimiawi yang penting untuk menentukan keputusan terapi adalah
kadar ALT. Peningkatan kadar ALT menggambarkan adanya aktivitas kroinflamasi.
Oleh karena itu pemeriksaan ini dipertimbangkan sebagai prediksi gambaran
histologi. Pasien dengan kadar ALT yang menunjukkan proses nekroinflamasi yang
lebih berat dibandingkan pada ALT yang normal. Pasien dengan kadar ALT normal
memiliki respon serologi yang kurang baik pada terapi antiviral. Oleh sebab itu
pasien dengan kadar ALT normal dipertimbangkan untuk tidak diterapi, kecuali
bila hasil pemeriksaan histologi menunjukkan proses nekroinflamasi aktif. Sedangkan
tujuan pemeriksaan histologi adalah untuk menilai tingkat kerusakan hati,
menyisihkan diagnosis penyakit hati lain, prognosis dan menentukan manajemen
anti viral. Sedangkan Hepatitis B kronis eksaserbasi adalah keadaan klinis yang
ditandai dengan peningkatan intermiten ALT>10 kali batas atas nilai normal
(BANN).
3. Kanker
A.
Pengertian Kanker
Kanker adalah
segolongan penyakit yang
ditandai dengan pembelahan selyang
tidak terkendali dan kemampuan sel-sel tersebut untuk menyerang jaringan biologis lainnya,
baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau
dengan migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis).
Pertumbuhan yang tidak terkendali tersebut disebabkan kerusakan DNA, menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol
pembelahan sel. Beberapa buah mutasi mungkin dibutuhkan untuk mengubah sel
normal menjadi sel kanker. Mutasi-mutasi tersebut sering diakibatkan agen kimia
maupun fisik yang disebut karsinogen.
Mutasi dapat terjadi secara spontan (diperoleh) ataupun diwariskan
(mutasigermline).Kanker dapat menyebabkan banyak gejala yang berbeda,
bergantung pada lokasinya dan karakter dari keganasan dan apakah ada metastasis.
Sebuah diagnosis yang menentukan biasanya membutuhkan pemeriksaan mikroskopik jaringan
yang diperoleh dengan biopsi.
Setelah didiagnosis, kanker biasanya dirawat
dengan operasi, kemoterapi, atau radiasi.
Tanda dan gejala
penyakit kanker sangat tergantung dari organ tubuh yang terserang. Kanker yang
terdapat dipermukaan tubuh ditandai dengan adanya benjolan, contohnya:
- Kanker payudara diawali dengan timbulnya benjolan kecil makin lama makin membesar dan akhirnya dapat menimbulkan koreng atau borok yang tidak sembuh.
- Kanker kulit diawali dengan benjolan pada kulit yang menyerupai kutil (mengeras seperti tanduk), infeksi yang tidak sembuh - sembuh, bintik-bintik berubah warna dan ukuran, rasa sakit pada daerah tertentu, perubahan warna kulit berupa bercak-bercak.
Adapula
kanker yang ditandai dengan adanya benjolan yang tidak tampak dari luar, yaitu:
- Kanker prostat menyebabkan benjolan yang tidak tampak dari luar, penderita kanker kandung kemih,prostat atau ginjal ditandai dengan adanya darah pada air seni, rasa sakit atau perih pada saat buang air kecil, keseringan atau kesulitan buang air kecil, sakit pada kandung kemih.
- Penderita kanker saluran pencernaan ditandai dengan adanya darah dalam kotoran yang ditandai dengan warna merah terang atau hitam, rasa tidak enak terus - menerus pada perut, benjolan pada perut, rasa sakit setelah makan, penurunan berat badan.
Namun, adapula kanker yang
tidak ditandai dengan timbulnya benjolan misalnya kanker
yang menyerang reproduksi organ wanita seperti indung telur, rahim, dan leher
rahim ditandai dengan gangguan pada siklus haid. Panjang siklus sering menjadi
lebih pendek dan lama perdarahan menjadi panjang, pada umumnya kanker leher
rahim disertai dengan keputihan (pengeluaran lendir) yang berlebih dan berbau
busuk. Gejala awal kanker indung telur sering tidak jelas,tetapi penderita
mendadak sakit perut yang hebat dan saat ditemukan tumor memang benar-benar
telah mengganas. Penderita limfoma ditandai dengan membesarnya kelenjar getah bening, timbulnya
rasa gatal, berkeringat pada waktu tidur malam, demam atau penurunan berat
badan tanpa sebab yang jelas. Penderita Leukemia ditandai dengan muka pucat,
kelelahan kronis, penurunan berat badan, sering kena infeksi, mudah terluka,
rasa sakit pada tulang dan persendian, mimisan. Penderita
kanker tenggorokan
ditandai dengan gangguan saat menelan yaitu penderita merasa seperti ada
duri yang menyangkut ditenggorokan,dapat pula terjadi perubahan suara mulai
serak sampai batuk yang tidak sembuh. Penderita kanker otak ditandai dengan sakit kepala yang sangat pada
pagi hari dan berkurang pada tengah hari, epilepsi, lemah, mati rasa pada
lengan dan kaki, kesulitan berjalan,mengantuk, perubahan tidak normal pada
penglihatan, perubahan pada kepribadian, perubahan pada ingatan, sulit bicara.
Bila
tak terawat, kebanyakan kanker menyebabkan kematian. Kebanyakan kanker
dapat dirawat dan banyak disembuhkan, terutama bila perawatan dimulai sejak
awal. Penyebab
kanker biasanya tidak dapat diketahui secara pasti karena penyebab kanker dapat
merupakan gabungan dari sekumpulan faktor, genetik dan lingkungan. Berbagai
hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian
besar timbulnya kanker disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat seperti
kebiasaan makan yang tidak seimbang, kebiasaan merokok dan minum alkohol,
kontak dengan sinar matahari yang berlebihan dan berganti-ganti pasangan seks. Zat kimia yang bertindak sebagai
karsinogen dapat berupa zat yang bebas di alam, menyerang penderita
langsung secara kronis dapat pula sebagai pencemar bahan makanan,
misalnya residu pestisida. Karsinogen
dapat terbentuk didalam tubuh setelah melalui mekanisme rangsangan
tertentu yang terus menerus. Makanan
dapat mengandung zat karsinogen atau berpotensi menjadi karsinogenetik baik
secara alami akibat pencemaran maupun karena suatu proses pengolahan. Bahan
makanan tersebut dapat dihindari jika nyata-nyata telah diketahui
sebagai karsinogen. Pencemaran
bahan makanan dengan karsinogen dapat terjadi akibat ulah manusia, misalnya
residu pestisida ataupun secara alami misalnya pencemaran dengan aflatoksin B1
yang dihasilkan oleh semacam kapang Aspergillus
Flavus yang dapat menyebabkan kanker hati (hepatokarsinogen). Pemakaian monosodium
glutamat (MSG) sampai sekarang masih menjadi hal yang kontrofersial juga dapat meningkatkan potensi terkena kanker.
Bahan makanan ini mengandung garam dapur (NaCl)
yang berlebihan dan dianggap mempercepat mitosis pembelahan sel kanker demikian
pula, minuman beralkohol menyebabkan kanker hati, mulut, batang tenggorok, dan
kerongkongan terutama jika penderita juga menghisap rokok.
Hormon-hormon tertentu
berperan dalam karsinogenesis,misalnya pada kanker payudara ,rahim dan prostate.
Meskipun demikian hormon-hormon
tersebut diyakini tidak bekerja sendiri melainkan dipengaruhi faktor lain
timbulnya kanker endometrium. Stress
diduga berperan dalam kejadian penyakit kanker, melalui mekanisme, hormonal dan
kekebalan tubuh, adanya stres mengakibatkan gangguan fungsi kelenjar timus atau
sistem imun disamping efek misalnya makanan walaupun mekanismenya tidak
diketahui dengan pasti. Obesitas
berpengaruh pada metabolisme estrogen, yaitu
sejenis hormon yang berperan timbulnya kanker vagina, rahim, payudara dan hati.
Asupan lemak juga berperan terhadap hormonal yang menyertakan hipotalamus,
kelenjar pituitari, dan korteks adrenal.
Berbagai
mikroorganisme,baik virus,bakteri,maupun parasit yang menyebabkan infeksi dapat
bersifat onkogenik,yaitu penyebab timbulnya tumor,bahkan karsinogenik contohnya
: virus hepatitis B dan non
A
– non B merupakan
inisiator penyebab terjadinya kanker hati. Beberapa jenis leukemia
juga disebabkan karena infeksi virus demikian pula virus papiloma pada manusia
dikenal dapat menimbulkan kanker leher rahim. Bakteri helikobakterpilori
merupakan penyebab kanker lambung. demikian pula dengan sejenis parasit cacing
Sisosohematobium menyebabkan kanker
kandung kencing.
Radiasi
pada keadaan tertentu dapat bersifat karsinogenetik. Radiasi dapat merusak
susunan kromosom. Sumber
radiasi ialah X-ray (sinarRontgen) dan berbagai radio aktif yang yang digunakan
untuk keperluan tes diagnostik .Sinar ultraviolet dari sinar matahari yang
terus menerus juga merupakan penyebab kanker kulit. , Namun kebanyakan
ahli berpendapat bahwa radiasi merupakan inisiator.
B.
Tes Kanker
- Pap Smear adalah pemeriksaan uji saring untuk deteksi dini penyakit kanker leher rahim, uji saring ini dapat dilakukan di laboratorium-laboratorium, sehingga tidak harus ke dokter kandungan.
- Mamografi adalah pemeriksaan uji saring untuk deteksi dini penyakit kanker payudara.
- PSA ( Prostate-Specific Antigen ) adalah pemeriksaan untuk pendeteksi kanker prostat, sangat dianjurkan untuk pria yang berusia diatas umur 50 tahun, karena merupakan kelompok resiko tinggi untuk kanker prostat.
- Pemeriksaan Darah Samar adalah untuk mendeteksi kanker usus besar dan kolorektal.
- Anti-EBV VCA IgA dan Anti-EBV EA IgA adalah untuk kanker nasofaring
- AFP ( alfa-fetoprotein ) untuk mendeteksi kanker hati, bagi pengidap hepatitis B dan C.
Referensi:
http://labkesehatan.blogspot.com/antigen-permukaan-hepatitis-b-hbsag.html/diakses
20:39 WIB tanggal 03/05/2012
www.wikipedia.org/hepatitis-b/diakses
10:05 WIB tanggal 03/05/2012
www.wikipedia.org/kanker-payudara/diakses
13:10 WIB tanggal 03/05/2012
http://www.beritasatu.com/kesehatan/perlukah-uji-mammogram-untuk-kanker-payudara-.html/ diakses 10:13 WIB tanggal 03/05/2012.
Jadi, sekarang mesti hati-hati lagi jika berhubungan bebas dengan pasangan kita.
ReplyDelete