UJI DARAH (HIV, HEPATITIS B, DAN KANKER)

UJI DARAH
(HIV, HEPATITIS B, DAN KANKER)
(Tugas Teknik Penelitian Biokimia)



Oleh
Tyas Rosawinda. Kh
0917011048




Jurusan Kimia
Fakutas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Lampung
2012


1.    HIV (Human Immunodeficiency Virus )

A.           Pengertian HIV
HIV merupakan singkatan dari Human Immunodeficiency Virus yang artinya virus yang menyerang sistem daya tahan tubuh atau sistem imun. Akibat jangka panjang dari virus ini yaitu melemahnya pertahanan tubuh. Karena sistem imun atau daya tahan tubuh berkurang, tubuh seseorang yang terkena HIV rentan terkena penyakit infeksi. Kumpulan penyakit atau infeksi yang umumnya menyerang orang yang terkena HIV disebut Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) atau sindrom defisiensi imun.Dengan kata lain, HIV adalah virus penyebab AIDS. HIV terdapat di dalam cairan tubuh seseorang yang telah terinfeksi seperti di dalam darah, air mani atau cairan vagina.
Sebelum HIV berubah menjadi AIDS, penderitanya akan tampak sehat dalam waktu kira-kira 5 sampai 10 tahun. Walaupun tampak sehat, para penderita dapat menularkan HIV pada orang lain melalui hubungan seks yang tidak aman, tranfusi darah atau pemakaian jarum suntik secara bergantian. HIV dapat ditularkan melalui 2 cara, yaitu :
·         Hubungan seks (anal, oral, vaginal) yang tidak terlindungi dengan orang yang telah terinfeksi HIV.
·         Transfusi darah atau penggunaan jarum suntik secara bergantian.
HIV tidak ditularkan melalui jabatan tangan, sentuhan, ciuman, pelukan, gigitan nyamuk, menggunakan peralatan makan atau minum yang sama, atau  memakai jamban yang sama atau tinggal serumah.
Orang yang terjangkit AIDS, biasanya akan mengalami gejala-gejala sebagi berikut:
·         Merasa kelelahan yang berkepanjangan.
·         Deman dan berkeringat pada malam hari tanpa sebab yang jelas.
·         Batuk yang tidak sembuh-sembuh disertai sesak nafas yang berkepanjangan.
·         Diare terus-menerus selama 1 bulan.
·         Bintik-bintik berwarna keungu-unguan yang tidak biasa.
·         Berat badan menurun secara drastis lebih dari 10% tanpa alasan yang jelas dalam 1 bulan.
·         Pembesaran kelenjar secara menyeluruh di leher dan lipatan paha.

B.            Tes HIV
Orang yang terinfeksi HIV tidak dapat diketahui dari penampilan fisiknya saja karena orang tersebut terlihat seperti orang sehat lainnya. Jadi, untuk menentukan seseorang terinfeksi HIV harus dilakukan berbagai pemeriksaan. Umumnya, ada tiga tipe deteksi HIV, yaitu tes PCR, tes antibodi HIV, dan tes antigen HIV.
·         Tes reaksi berantai polimerase (PCR) merupakan teknik deteksi berbasis asam nukleat (DNA dan RNA) yang dapat mendeteksi keberadaan materi genetik HIV di dalam tubuh manusia. Tes ini sering pula dikenal sebagai tes beban virus atau tes amplifikasi asam nukleat (HIV NAAT). PCR DNA biasa merupakan metode kualitatif yang hanya bisa mendeteksi ada atau tidaknya DNA virus. Sedangkan, untuk deteksi RNA virus dapat dilakukan dengan metode real-time PCR yang merupakan metode kuantitatif. Deteksi asam nukleat ini dapat mendeteksi keberadaan HIV pada 11-16 hari sejak awal infeksi terjadi. Tes ini biasanya digunakan untuk mendeteksi HIV pada bayi yang baru lahir, namun jarang digunakan pada individu dewasa karena biaya tes PCR yang mahal dan tingkat kesulitan mengelola dan menafsirkan hasil tes ini lebih tinggi bila dibandingkan tes lainnya.
·         Tes antibodi HIV yang murah dan akurat lebih sering digunakan untuk mendeteksi HIV pada orang dewasa. Seseorang yang terinfeksi HIV akan menghasilkan antibodi untuk melawan infeksi tersebut. Tes antibodi HIV akan mendeteksi antibodi yang terbentuk di darah, saliva (liur), dan urin. Sejak tahun 2002, telah dikembangkan suatu penguji cepat (rapid test) untuk mendeteksi antibodi HIV dari tetesan darah ataupun sampel liur (saliva) manusia. Sampel dari tubuh pasien tersebut akan dicampur dengan larutan tertentu. Kemudian, kepingan alat uji (test strip) dimasukkan dan apabila menunjukkan hasil positif maka akan muncul dua pita berwarna ungu kemerahan. Tingkat akurasi dari alat uji ini mencapai 99.6%.
·         Tes antigen dapat mendeteksi antigen (protein P24) pada HIV yang memicu respon antibodi. Pada tahap awal infeksi HIV, P24 diproduksi dalam jumlah tinggi dan dapat ditemukan dalam serum darah. Tes antibodi dan tes antigen digunakan secara berkesinambungan untuk memberikan hasil deteksi yang lebih akurat dan lebih awal. Tes ini jarang digunakan sendiri karena sensitivitasnya yang rendah dan hanya bisa bekerja sebelum antibodi terhadap HIV terbentuk. 


2.    Hepatitis B

A.           Pengertian Hepatitis B
Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh Virus Hepatitis B(VHB), suatu anggota famili Hepadnavirus. Dibandingkan virus HIV , virus Hepatitis B (HBV) seratus kali lebih ganas (infectious), dan sepuluh kali lebih banyak  menularkan. Virus ini dapat menyebabkan peradangan hati akut atau menahun yang pada sebagian kecil kasus dapat berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati. Penyebab Hepatitis ternyata tak semata-mata karena virus. Keracunan obat, dan paparan berbagai macam zat kimia seperti karbon tetraklorida, chlorpromazine, chloroform, arsen, fosfor, dan zat-zat lain yang digunakan sebagai obat dalam industri modern, bisa juga menyebabkan Hepatitis. Zat-zat kimia ini mungkin saja tertelan, terhirup atau diserap melalui kulit penderita. Menetralkan suatu racun yang beredar di dalam darah adalah pekerjaan hati. Jika banyak sekali zat kimia beracun yang masuk ke dalam tubuh, hati bisa saja rusak sehingga tidak dapat lagi menetralkan racun-racun lain.
Pada umumnya, gejala awal penyakit Hepatitis B berupa hilangnya selera makan, rasa tidak enak di perut, mual sampai muntah, demam ringan, kadang-kadang disertai nyeri sendi dan bengkak pada perut kanan atas. Setelah satu minggu akan timbul gejala utama seperti bagian putih pada mata tampak kuning, kulit seluruh tubuh tampak kuning dan air seni berwarna seperti teh.
Hepatitis B merupakan bentuk Hepatitis yang lebih serius dibandingkan dengan jenis hepatitis lainnya. Penderita Hepatitis B bisa terjadi pada setiap orang dari semua golongan umur. Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan virus Hepatitis B ini menular,yaitu :
  • Secara vertikal, cara penularan vertikal terjadi dari Ibu yang mengidap virus Hepatitis B kepada bayi yang dilahirkan yaitu pada saat persalinan atau segera setelah persalinan.
  • Secara horisontal, dapat terjadi akibat penggunaan alat suntik yang tercemar, tindik telinga, tusuk jarum, transfusi darah, penggunaan pisau cukur dan sikat gigi secara bersama-sama (Hanya jika penderita memiliki penyakit mulut (sariawan, gusi berdarah,dll) atau luka yang mengeluarkan darah) serta hubungan seksual dengan penderita.
B.            Tes Hepatitis B
Diagnosis infeksi Hepatitis B kronis didasarkan pada pemeriksaan serologi, petanda virologi, biokimiawi dan histologi. Secara serologi, pemeriksaan yang dianjurkan untuk diagnosis dan evaluasi infeksi Hepatitis B kronis adalah 
·         Antigen permukaan hepatitis (HBsAg)
HBsAg merupakan petanda serologik infeksi virus hepatitis B pertama yang muncul di dalam serum dan mulai terdeteksi antara 1 sampai 12 minggu pasca infeksi, mendahului munculnya gejala klinik serta meningkatnya SGPT. Selanjutnya HBsAg merupakan satu-satunya petanda serologik selama 3 – 5 minggu. Pada kasus yang sembuh, HBsAg akan hilang antara 3 sampai 6 bulan pasca infeksi sedangkan pada kasus kronis, HBsAg akan tetap terdeteksi sampai lebih dari 6 bulan. HBsAg positif yang persisten lebih dari 6 bulan didefinisikan sebagai pembawa (carrier). Sekitar 10% penderita yang memiliki HBsAg positif adalah carrier, dan hasil uji dapat tetap positif selam bertahun-tahun.

Pemeriksaan HBsAg berguna untuk diagnosa infeksi virus hepatitis B, baik untuk keperluan klinis maupun epidemiologik, skrining darah di unit-unit transfusi darah, serta digunakan pada evaluasi terapi hepatitis B kronis. Pemeriksaan ini juga bermanfaat untuk menetapkan bahwa hepatitis akut yang diderita disebabkan oleh virus B atau superinfeksi dengan virus lain.

HBsAg positif dengan IgM anti HBc dan HBeAg positif menunjukkan infeksi virus hepatitis B akut. HBsAg positif dengan IgG anti HBc dan HBeAg positif menunjukkan infeksi virus hepatitis B kronis dengan replikasi aktif. HBsAg positif dengan IgG anti HBc dan anti-HBe positif menunjukkan infeksi virus hepatitis B kronis dengan replikasi rendah.

Pemeriksaan HbsAg secara rutin dilakukan pada pendonor darah untuk mengidentifikasi antigen hepatitis B. Transmisi hepatitis B melalui transfusi sudah hampir tidak terdapat lagi berkat screening HbsAg pada darah pendonor. Namun, meskipun insiden hepatitis B terkait transfusi sudah menurun, angka kejadian hepatitis B tetap tinggi. Hal ini terkait dengan transmisi virus hepatitis B melalui beberapa jalur, yaitu parenteral, perinatal, atau kontak seksual. Orang yang berisiko tinggi terkena infeksi hepatitis B adalah orang yang bekerja di sarana kesehatan, ketergatungan obat, suka berganti-ganti pasangan seksual, sering mendapat transfusi, hemodialisa, bayi baru lahir yang tertular dari ibunya yang menderita hepatitis B.

·         Antibodi antigen permukaan hepatitis B (anti-HBs)
Fase akut hepatitis B biasanya berlangsung selama 12 minggu, oleh karena itu HBsAg tidak didapati dan terbentuk anti-HBs. Penanda serum ini mengindikasikan pemulihan dan imunitas terhadp virus hepatitis B. IgM anti-HBs akan menentukan apakah penderita masih dalam keadaan infeksius. Titer anti-HBs >10 mIU/ml dan tanpa keberadaan HBsAg, menunjukkan bahwa penderita telah pulih dari infeksi HBV.
·         Antigen e hepatitis B (HBeAg)
Penanda serum ini hanya akan terjadi jika telah ditemukan HBsAg. Biasanya muncul 1 minggu setelah HBsAg ditemukan dan menghilang sebelum muncul anti-HBs. Jika HBeAg serum masih ada setelah 10 minggu, penderita dinyatakan sebagai carrier kronis.
·         Antibodi antigen HBeAG (anti-HBe)
Bila terdapat anti-HBe, hal ini mengindikasikan bahwa telah terjadi pemulihan dan imunitas terhadap infeksi HBV.
·         Antibodi antigen inti (anti-HBc)
Anti HBc terjadi bersamaan dengan temuan HBsAg positif kira-kira 4-10 minggu pada fase HBV akut. Peningkatan titer IgM anti-HBc mengindikasikan proses infeksi akut. Anti-HBc dapat mendeteksi penderita yang telah terinfeksi HBV. Penanda serum ini dapat tetap ada selama bertahun-tahun, dan penderita yang memiliki anti-HBc positif tidak boleh mendonorkan darahnya.Pemeriksaan anti-HBc dan IgM anti-HBc sangat bermanfaat untuk mendiagnosis infeksi HBV selama “window period” antara hilangnya HBsAg dan munculnya anti-HBs.

Pemeriksaan virologi, dilakukan untuk mengukur jumlah HBV DNA serum sangat penting karena dapat menggambarkan tingkat replikasi virus. Pemeriksaan biokimiawi yang penting untuk menentukan keputusan terapi adalah kadar ALT. Peningkatan kadar ALT menggambarkan adanya aktivitas kroinflamasi. Oleh karena itu pemeriksaan ini dipertimbangkan sebagai prediksi gambaran histologi. Pasien dengan kadar ALT yang menunjukkan proses nekroinflamasi yang lebih berat dibandingkan pada ALT yang normal. Pasien dengan kadar ALT normal memiliki respon serologi yang kurang baik pada terapi antiviral. Oleh sebab itu pasien dengan kadar ALT normal dipertimbangkan untuk tidak diterapi, kecuali bila hasil pemeriksaan histologi menunjukkan proses nekroinflamasi aktif. Sedangkan tujuan pemeriksaan histologi adalah untuk menilai tingkat kerusakan hati, menyisihkan diagnosis penyakit hati lain, prognosis dan menentukan manajemen anti viral. Sedangkan Hepatitis B kronis eksaserbasi adalah keadaan klinis yang ditandai dengan peningkatan intermiten ALT>10 kali batas atas nilai normal (BANN).


3.    Kanker
A.           Pengertian Kanker
Kanker adalah segolongan penyakit yang ditandai dengan pembelahan selyang tidak terkendali dan kemampuan sel-sel tersebut untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis). Pertumbuhan yang tidak terkendali tersebut disebabkan kerusakan DNA, menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembelahan sel. Beberapa buah mutasi mungkin dibutuhkan untuk mengubah sel normal menjadi sel kanker. Mutasi-mutasi tersebut sering diakibatkan agen kimia maupun fisik yang disebut karsinogen. Mutasi dapat terjadi secara spontan (diperoleh) ataupun diwariskan (mutasigermline).Kanker dapat menyebabkan banyak gejala yang berbeda, bergantung pada lokasinya dan karakter dari keganasan dan apakah ada metastasis. Sebuah diagnosis yang menentukan biasanya membutuhkan pemeriksaan mikroskopik jaringan yang diperoleh dengan biopsi. Setelah didiagnosis, kanker biasanya dirawat dengan operasi, kemoterapi, atau radiasi.
Tanda dan gejala penyakit kanker sangat tergantung dari organ tubuh yang terserang. Kanker yang terdapat dipermukaan tubuh ditandai dengan adanya benjolan, contohnya:

  • Kanker payudara diawali dengan timbulnya benjolan kecil makin lama makin membesar dan akhirnya dapat menimbulkan koreng  atau borok yang  tidak sembuh.
  • Kanker kulit diawali dengan benjolan pada kulit yang menyerupai kutil (mengeras seperti tanduk), infeksi yang tidak sembuh - sembuh, bintik-bintik berubah warna dan ukuran, rasa sakit pada daerah tertentu, perubahan warna kulit berupa bercak-bercak. 
Adapula kanker yang ditandai dengan adanya benjolan yang tidak tampak dari luar, yaitu:
  • Kanker prostat menyebabkan benjolan yang tidak tampak dari luar, penderita kanker kandung kemih,prostat atau ginjal ditandai dengan adanya darah pada air seni, rasa sakit atau perih pada saat buang air kecil, keseringan atau kesulitan buang air kecil, sakit pada kandung kemih. 
  • Penderita kanker saluran pencernaan ditandai dengan adanya darah dalam kotoran yang ditandai dengan warna merah terang atau hitam, rasa tidak enak terus - menerus pada perut, benjolan pada perut, rasa sakit setelah makan, penurunan berat badan.
Namun, adapula kanker yang tidak ditandai dengan timbulnya benjolan misalnya kanker yang menyerang reproduksi organ wanita seperti indung telur, rahim, dan leher rahim ditandai dengan gangguan pada siklus haid. Panjang siklus sering menjadi lebih pendek dan lama perdarahan menjadi panjang, pada umumnya kanker leher rahim disertai dengan keputihan (pengeluaran lendir) yang berlebih dan berbau busuk. Gejala awal kanker indung telur sering tidak jelas,tetapi penderita mendadak sakit perut yang hebat dan saat ditemukan tumor memang benar-benar telah mengganas. Penderita limfoma ditandai dengan membesarnya kelenjar getah bening, timbulnya rasa gatal, berkeringat pada waktu tidur malam, demam atau penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas. Penderita Leukemia ditandai dengan muka pucat, kelelahan kronis, penurunan berat badan, sering kena infeksi, mudah terluka, rasa sakit pada tulang dan persendian, mimisan. Penderita kanker tenggorokan ditandai dengan gangguan saat menelan yaitu  penderita merasa seperti ada duri yang menyangkut ditenggorokan,dapat pula terjadi perubahan suara mulai serak sampai batuk yang tidak sembuh. Penderita kanker otak ditandai dengan sakit kepala yang sangat pada pagi hari dan berkurang pada tengah hari, epilepsi, lemah, mati rasa pada lengan dan kaki, kesulitan berjalan,mengantuk, perubahan tidak normal pada penglihatan, perubahan pada kepribadian, perubahan pada ingatan, sulit bicara. 

Bila tak terawat, kebanyakan kanker menyebabkan kematian. Kebanyakan kanker dapat dirawat dan banyak disembuhkan, terutama bila perawatan dimulai sejak awal. Penyebab kanker biasanya tidak dapat diketahui secara pasti karena penyebab kanker dapat merupakan gabungan dari sekumpulan faktor, genetik dan lingkungan. Berbagai hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar timbulnya kanker disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat seperti kebiasaan  makan yang tidak seimbang, kebiasaan merokok dan minum alkohol, kontak dengan sinar matahari yang berlebihan dan berganti-ganti pasangan seks. Zat kimia yang bertindak sebagai karsinogen dapat berupa zat yang  bebas di alam, menyerang penderita langsung secara kronis dapat  pula sebagai pencemar bahan makanan, misalnya residu pestisida. Karsinogen dapat terbentuk didalam tubuh setelah melalui mekanisme rangsangan tertentu yang terus menerus. Makanan dapat mengandung zat karsinogen atau berpotensi menjadi karsinogenetik baik secara alami akibat pencemaran maupun karena suatu proses pengolahan. Bahan makanan tersebut dapat dihindari jika nyata-nyata telah   diketahui sebagai karsinogen. Pencemaran bahan makanan dengan karsinogen dapat terjadi akibat ulah manusia, misalnya residu pestisida ataupun secara alami misalnya pencemaran dengan aflatoksin B1 yang dihasilkan oleh semacam kapang Aspergillus Flavus yang dapat  menyebabkan kanker hati (hepatokarsinogen). Pemakaian monosodium glutamat (MSG) sampai sekarang masih menjadi hal yang kontrofersial juga dapat meningkatkan potensi terkena kanker. Bahan makanan ini mengandung garam dapur (NaCl) yang berlebihan dan dianggap mempercepat mitosis pembelahan sel kanker demikian pula, minuman beralkohol menyebabkan kanker hati, mulut, batang tenggorok, dan kerongkongan terutama jika penderita juga menghisap rokok.
Hormon-hormon tertentu berperan dalam karsinogenesis,misalnya pada kanker payudara ,rahim dan prostate. Meskipun demikian hormon-hormon tersebut diyakini tidak bekerja sendiri melainkan dipengaruhi faktor lain timbulnya kanker endometrium. Stress diduga berperan dalam kejadian penyakit kanker, melalui mekanisme, hormonal dan kekebalan tubuh, adanya stres mengakibatkan gangguan fungsi kelenjar timus atau sistem imun disamping efek misalnya makanan walaupun mekanismenya tidak diketahui dengan pasti. Obesitas berpengaruh pada metabolisme estrogen, yaitu sejenis hormon yang berperan timbulnya kanker vagina, rahim, payudara dan hati. Asupan lemak juga berperan terhadap hormonal yang menyertakan hipotalamus, kelenjar pituitari, dan korteks adrenal.
Berbagai mikroorganisme,baik virus,bakteri,maupun parasit yang menyebabkan infeksi dapat bersifat onkogenik,yaitu penyebab timbulnya tumor,bahkan karsinogenik contohnya : virus hepatitis B dan non A – non B merupakan inisiator penyebab terjadinya kanker hati. Beberapa jenis leukemia juga disebabkan karena infeksi virus demikian pula virus papiloma pada manusia dikenal dapat menimbulkan kanker leher rahim. Bakteri helikobakterpilori merupakan penyebab kanker lambung. demikian pula dengan  sejenis parasit cacing Sisosohematobium menyebabkan kanker kandung kencing.
Radiasi pada keadaan tertentu dapat bersifat karsinogenetik. Radiasi dapat merusak susunan kromosom. Sumber radiasi ialah X-ray (sinarRontgen) dan berbagai radio aktif yang yang digunakan untuk keperluan tes diagnostik .Sinar ultraviolet dari sinar matahari yang terus menerus juga merupakan penyebab kanker kulit. , Namun kebanyakan ahli berpendapat bahwa radiasi merupakan  inisiator.
B.            Tes Kanker

  Ada beberapa uji saring kanker diantaranya yaitu :
  • Pap Smear adalah pemeriksaan uji saring untuk deteksi dini penyakit kanker leher rahim, uji saring ini dapat dilakukan di laboratorium-laboratorium, sehingga tidak harus ke dokter kandungan.
  • Mamografi adalah pemeriksaan uji saring untuk deteksi dini penyakit kanker payudara.
  • PSA ( Prostate-Specific Antigen ) adalah pemeriksaan untuk pendeteksi kanker prostat, sangat dianjurkan untuk pria yang berusia diatas umur 50 tahun, karena merupakan kelompok resiko tinggi untuk kanker prostat.
  • Pemeriksaan Darah Samar adalah untuk mendeteksi kanker usus besar dan kolorektal.
  • Anti-EBV VCA IgA dan Anti-EBV EA IgA adalah untuk kanker nasofaring 
  • AFP ( alfa-fetoprotein ) untuk mendeteksi kanker hati, bagi pengidap hepatitis B dan C.


Referensi:
http://labkesehatan.blogspot.com/antigen-permukaan-hepatitis-b-hbsag.html/diakses 20:39 WIB tanggal 03/05/2012
http://spiritia.or.id/diakses 20:00 WIB tanggal 09/05/2012
www.wikipedia.org/kanker-payudara/diakses 13:10 WIB tanggal 03/05/2012

1 Response to "UJI DARAH (HIV, HEPATITIS B, DAN KANKER)"

  1. Jadi, sekarang mesti hati-hati lagi jika berhubungan bebas dengan pasangan kita.

    ReplyDelete

Most Popular

Pengikut