Assalamu'alaikum wr wb...
^_^
Kali ini saya mau posting puisi-puisi kesukaan saya.... Dari seorang penulis gokil bin romantiiiiis bin melankolis bgt (cieee ^_-). Sebenernya mau upload video nya juga, tapi butuh berapa lama bertapa di lab ini???? (btw ini ngeblog sambil proxy-an di lab kampus nihhh :D )
Oke, kita mulai dari puisinya yang paling saya suka dan mirip sama yg dirasa :D =
SEMOGA TIDAK KAMU LAGI
Ada rasa sedih saat melihatmu bahagia
Bukan
karena aku tidak ingin kamu bahagia
Melainkan karena bukan aku yang
membahagiakanmu
Itu menyakitkan, seperti pukulan yang sebenarnya
ingin buatku tersadar
Mungkin ini waktu untuk aku terpuruk
Supaya aku
dapat melihat Tuhan memakai kenangan ini untuk buatku dipenuhi
kesiapan
Sehingga doa dapat melahirkan semangat
Dan kemudian buatku
bangkit
Namun ketahuilah sebelum aku sudah tak lagi
mencintaimu
Ini darahku mengalir membawa bayang-bayangmu mengelilingi
tubuhku
Dan jantungku berdenting demi kau menari-nari di pikiranku
Ada satu hal yang sampai hari ini masih membuat aku bangga menjadi aku
Itu karena aku mampu terima kamu apa adanya
Aku meminta ampun kepada
Tuhan
Sebab aku pernah berharap kalau suatu saat
Ketika angin
menghempasku hilang dari daya ingatmu
Aku ingin tak pernah lagi
menginjak bumi
Sebab hidup jadi terasa bagaikan dinding yang dingin
Aku harus menjadi paku
Sebab kamu bagai lukisan dan cinta itu palunya
Memukul aku, memukul aku dan memukul aku sampai aku benar-benar menancap
kuat.
Pada akhirnya, semoga, tidak kamu lagi yang aku lihat
Sebagai satu-satunya cahaya di dalam pejamku sebelum pulas
Semoga tidak kamu lagi.....
Tawa Jadi Tempat Sembunyi
SADGENIC: Percakapan Ruang Tunggu
Pagi ini aku berada di ruang tunggu bandara dengan dirajam gelisah pada
jarum jam yang tak mau bergerak lebih cepat dari yang aku harap. Sesegera
mungkin aku ingin meletakkan tubuhku di kursi dan terbang bersanding dengan
awan untuk tiba di kotanya. Meskipun berkali kali dia menerbangkan aku dengan
kata-kata yang penuh candu. Tapi saat saat ini, sungguh membuatku ingin
melompati waktu.
Awan seperti membaca gelisahku dan kemudian menggodaku, jutaan tetes air
terpelanting ke bumi dengan keras. Ah, semoga hujan ini tak memperpanjang
durasi dudukku di ruang tunggu itu.
HP ku bergetar. Terbaca nama yang selalu memenuhi kepalaku di layar.
Zarry : “Pancar
sinar matahari disini begitu terang, seperti senyummu. Pagi disini, siap untuk
menyambutmu :)”
Rahne : “Bagaimana bisa matahari menemanimu, dan hujan bersanding
denganku, sementara langit kita masih sama bernama rindu”
Aku mengeluh, aku takut hujan ini menunda keberangkatanku.
Zarry : “Matahari
hanya menemaniku, dengan sinarnya ia mengaku bahwa kamu masih lebih bercahaya
darinya”
Aku selalu heran, bagaimana kata-kata yang dia susun, bisa mengantarkan
senyum tak berkesudahan. Aku membalas lagi.
Rahne : “dan disini, hujan menemaniku, dengan rintiknya ia berseru
agar aku selalu bisa berteduh di matamu”
Zarry : “Senyumku tidak sedemikian lebar untukmu berteduh. Namun bila
hujan memukul atapmu, ada pelukku untuk kau tidak kedinginan”
Seketika aku merasa ruangan ini menghangat, aku curiga ada seseorang yang
mematikan AC. Tapi kurasa, abjad yang kau susun di layar, berhasil menembus
hati yang menggigil karena rindu. Tapi tetap, selalu kunanti peluk itu.
Rahne : “Zarry, pelukmu tak dapat terganti oleh kata-kata, nanti, jika
jarak kembali mengetuk-ngetuk jendela. Dekap aku selagi bisa”
Ya, entah kenapa jarak selalu suka berada di tengah tengah kita.
Zarry : “Aku tidak memerintahkan awan untuk merintikkan kerinduanku,
tetapi tidak kah kau dengar rinduku memukul-mukul atap rumahmu?”
Ya hujan semakin deras, sederas rasa yang menyebar ke tubuhku.
Rahne : “Rindumu telah menembus nadiku, kini ia berlayar tepat di
jantungku. Sungguh saat ini aku ingin memerintahkan kakimu, membawamu tepat
dihadapanku”
Zarry : “Kuharap hujan dapat membuatmu menulis namaku di setiap kaca
basah yang kamu jumpa, sebab dari timur langit aku memandangmu”
Rahne : “Percayalah, tak hanya di kaca lembab yang aku jumpa, kutulis
namamu di papan langit sepanjang waktu yang aku punya”
Zarry : “Kau tahu? Ada banyak kata untuk kita melukis hujan, tapi
lihatlah, langit saat ini sedang asyik menulis kita. Semoga Tuhan mau
menjentikkan jari-Nya sekali saja, supaya tiba tiba di sana ada aku yang
memelukmu dari belakang”
Aku tahu, kau ingin sekali berada disini menemaniku.
Rahne : “Tuhan tak hanya akan menjentik, dia akan bertepuk tangan saat
hati kita bergandengan”
Ya.. mungkin semua akan bertepuk tangan saat kita bergandengan. Aku melumat
senyumku sendiri karena terbesit rasa malu yang menyapu merah di wajahku
Zarry : “Disini aku berharap agar malaikat mau menendang aku sampai
aku melambung jauh di langit dan kemudian jatuh di pangkuanmu”
Rahne : ” Ha ha ha jika benar begitu, disini, aku akan mengakarkan
tubuhku pada kaki langit, menunggu waktu hingga kau tiba di pangkuanku”
Zarry : “Pagi ini aku seperti sehelai daun yang disentuh embun. Namun
lebih dari itu, akulah aku yang cinta bumi dan juga kamu, Aku telah banyak
melihat orang-orang yang pandai melukis pagi dengan baik, tetapi sekarang, pagi
itu sendiri yang melukis kamu”
Rahne : “Sebentar lagi aku akan mendekat pada awan, akan
kubisikkan padanya, “Tolong gerimisi Zarry saat ini agar dia selalu
mengingatku, yang dirintikinya dengan candu, dan sejukkan dia selalu”.
Zarry : “Kaulah kata yang menyejukkan, seperti angin yang muncul dari
kepak sayap malaikat”
Kulihat keluar jendela, hujan nampaknya sudah mereda, bersamaan dengan itu,
semua penumpang diminta untuk bersiap siap, untuk masuk ke pesawat.
Rahne : “Pesawat sudah menungguku, karena kata-katamu, langit tak lagi
menurunkan hujan padaku, tapi senyum yang berkepanjangan”
Zarry : “Kau, telah memasang nyawa di tiap jari tanganku. Nikmati
perjalananmu, sebab kau perjalananku. Hati hati, hati”
Rahne : “Kaulah waktu yang ditetapkan, mengitari hidupku, memutari
mataku, dan bersarang di hatiku”
Kuangkat kopor dan kulangkahkan kaki beranjak dari ruang tunggu
itu. Persiapkan senyummu, Zarry. Sambut aku di kotamu
Lengkapnya Sepi
Memang sesekali aku coba mencinta dengan mencium, mendobrak pintu hatiku dengan kecupan. Namun apa mau dikata, malah luka perasaan orang. Apa cinta yang meledak-ledak menghancurkan hati sendiri? Sebab setiap bunyi hantaman keras, kudengarnya bagai namamu.
Beberapa menyukaiku dengan lembutnya, hanya tak sedalam kamu mengenal aku. Kamu lebih dari masa lalu, seperti pahlawan yang tidak mungkin hanya karena ada luka kecil, dapat terlupakan perjuangannya. Jika ada sejuta mulut yang menyoraki aku berengsek, aku percaya kamu tetap memiliki suara sendiri. Itulah! Sesekali memang aku suka berkata bodoh, membencimu karena jauh. Sebab menyakitkan, kamu hadir untuk kuingat, seperti datang untuk berpamit. Terkadang ini yang membuatku berharap cemas, di mana kiranya keseluruhanku dapat rubuh, sehingga dari atas panggung aku terjatuh, kemudian mendarat di pangkuanmu. Sekarang setelah semuanya ingin kumulai sendiri, tiap kepingku telah menjelma menjadi nyawa dan memberi hidup bagi tiap kata yang melengkapkan sepi setiap orang.
Untuk Kita Yang Percaya Bahwa Cinta Adalah Ada
Tak pernah kulihat indah sehina ini. Tak pernah. Lututku patut bertelut dengan getar geletar yang paling tulus untuk mengakuinya. Aku memohon ampun, aku tahu aku salah, aku amat merasakan kesalahanku, sebab karena mencintaimu, aku menakut-nakuti diriku sendiri. Pernah aku mencoba dengan susah payah di hadapan benda-benda mati untuk sedikit saja memberi senyum kepada hari yang tanpa kau. Tetapi apa? Aku gagal. Aku bukan manusia yang tanpa cela, sekalipun aku berdiri di antara putik-putik pujian yang beterbangan. Aku manusia yang membutuhkan maaf. Kehadiranmu masih sangat membangkitkan aku yang tertelungkup di bawah jendela waktu, agar aku dapat berdiri dan lekas menghirup nikmatnya makna di dalam nafas. Kaulah pemaaf yang paling aku cintai. Kau! Oleh karena ada kau aku berkata kepada Tuhan; "Lindungilah ia yang bersujud dengan menabur air matanya saat meminta aku kepada-Mu, ya, Tuhanku."
Tulisanmu Di Hidupku
Kau hantarkan huruf-huruf yang sesungguhnya tak kukenali, aksara yang siapa tahu indah
Namun hati siapa yang dapat menerjemahkannya?
Hatiku?
Ribuan lembar cerita yang hanya mampu kupandangi dengan menganga
Mimik polos yang begitu saja terlempar
menyorot kata demi kata
Entah kata-kata itu berbaris atau menumpuk begitu saja
Entah kata-kata itu dirangkai atau porak poranda
Tetapi mungkin kata-kata itu dipenuhi warna, seperti sekumpulan kelopak bunga yang terbang ditiup angin di musim gugur
atau jangan-jangan
bunga-bunga itu jatuh dari kepal tanganmu,
yang sengaja kau taburi kepadaku
seakan aku adalah makamnya
Menyedihkan
Ternyata cinta
terlalu kuat, terlalu mudah meremuk aku.
Aku mengigil dan semakin merasakanmu.
Kedatanganmu bagai malaikat.
Kepergianmu, seakan ada malaikat menghantuiku.
Tersiksa, ini menyiksa.
Mendakwai diri seperti ini.
Hati menjadi diam dan terpelintir oleh masa lalu yang berputar-putar di dalamnya.
Semakin retak, patah mendekat.
Sekarang aku tidak mengerti apa maunya takdir. Sudahkah perpisahan ini dicatat oleh malaikat?
Semoga saja tidak.
Namun ini kamar yang sepi.
Benda mati kupaksa memasang telinga, menjadi teman untuk bicara, yang mengerti kerinduanku.
Menyedihkan.
Aku mengigil dan semakin merasakanmu.
Kedatanganmu bagai malaikat.
Kepergianmu, seakan ada malaikat menghantuiku.
Tersiksa, ini menyiksa.
Mendakwai diri seperti ini.
Hati menjadi diam dan terpelintir oleh masa lalu yang berputar-putar di dalamnya.
Semakin retak, patah mendekat.
Sekarang aku tidak mengerti apa maunya takdir. Sudahkah perpisahan ini dicatat oleh malaikat?
Semoga saja tidak.
Namun ini kamar yang sepi.
Benda mati kupaksa memasang telinga, menjadi teman untuk bicara, yang mengerti kerinduanku.
Menyedihkan.
Aku Merindukanmu
Aku tahu, ada begitu banyak hal-hal yang mendekatkan, yang belum kita lakukan, yang belum kita hadapi bersama-sama. Sebab bebutiran rindu berikut kobar cemburu yang menyala-nyala akan menuntun kita pada warna rasa yang keemasan. Berkilauan, terang kemilau yang mencengangkan, gemerlap pesta di dalam sepasang mata. Bagaimana ini tidak menakjubkan? Aku benar-benar mengilhaminya.
Rindu kan ada, baik di pagi, siang, sore, maupun malam, berikut hari berganti hari dan tahun depan menjelang, juga mendung, cerah atau berawan, atau baik kemarau maupun hujan, atau biar salju turun sekalian! Ini aku berpijak di atas puncak kerinduanku. Aku melihat awan-awan yang menggumpal tebal, menutup cantik segala kesalahanmu. Aku lupa, hanya ingat kebaikanmu, terlebih kelucuanmu yang menggemaskan.
Aku sudah berteman baik dengan bayang-bayangmu, bayang-bayangmu menemani sisa hidupku. Dan karenanya benda-benda mati jadi tampak seakan memusuhiku, memerangi kesunyianku.
Aku merindukanmu. Aku memanggilmu dengan suara yang keluar dari jantungku, dalam gerak yang tergambar dari nadiku. Karena aku tahu, ada tersisa banyak hal-hal besar yang belum kita lewati di bawah langit ini, di atas bumi ini, di dalam hati kita. Demikian aku merindukanmu, demikian aku benar-benar merasakannya.
Kapan Kau Datang Lagi?
Sama-sama Di bawah Langit
Draft
Tetapi aneh.
mengatur, mengikat lalu mengancam. Itu yang saya dengar dari aduan seseorang yang tidak tahu lagi harus mengadu kemana.
Cara kalian mengatur seperti mempersilahkan kami untuk melanggar. Cara kalian mengikat, seperti membuat kami terpaksa untuk berontak. Dan cara kalian mengancam malah terasa seperti tidak ada jalan lain untuk kami selain melawan.
Tidak pernah terlintas sedikitpun di dalam pikiran kami untuk menentang wewenang, jika perasaan kami tidak terus menerus dipojok-pojokan.
Sekarang jangan bahas “kami”. Tapi bahas “dia” : Si polos yang harus selalu melintasi pagar rumah sebelum jam 7 malam.
Jika kalian ingin kita berpisah, tetapi rasa curiga itu terus menumpuk hingga kalian mengikat kakinya dengan tali yang mudah menggores kulitnya, apa bedanya?
Sama saja kalian sedang membentuk pribadi yang kalian sayangi itu, menjadi pribadi yang mudah lepas kendali. Dengan atau tanpa sayapun, dampaknya sama.
Sekarang dia harus menangis sendirian di dalam kamar, mendengar bentak amarah yang hingar bingar mengalir dari dekat pintunya. Itu sama dengan tekanan psikologis yang harus terus menerus dia tahan sampai akhirnya meledak dan mengguncang kesabarannya.
Tanpa mengurangi rasa hormat.
Saya tidak menantang sedikitpun. Mungkin saya bukan pria baik-baik, persis seperti apa yang sudah didengar atau diperkirakan. Tetapi serius, tidak sedikitpun ada niat dari saya untuk menjadikannya sama seperti saya. Apapun bentuknya. Saya dan dia berbeda dan kita berdua mengerti itu. Jika memang kita harus berpisah, izinkan kita dipisahkan oleh kedewasaan. Saya hanya tidak mau terus menerus dituduh rasa bersalah, melepas orang semudah membalik telapak tangan, orang yang mempertahankan saya di tengah pertentangan.
Ini terdengar menggelikan, di masa muda yang riang, kita masih berpetak umpat sampai sekarang.
Pada kenyataannya
Untuk Kuatku
Dengar! Seperti awan yang berjalan di atas kotaku yang membosankan ini, tak pernah sekalipun aku berpikir untuk berhenti dari niatku meneduhkanmu. Tidak hanya dengan hati aku mencintaimu, tetapi pula tenaga sebagaimana kau tercipta untuk jadi kuatku.
Suatu saat, di hari-hari epan yang menyenangkan, aku yakin, itu adalah hari untuk aku mengenang perjuanganku yang tak percuma ini; untukmu.
Geletar Yang Menggesa
Aku memang tidak mengindahkan hala yang baik untuk menghidangkan bait per-bait dan kata per-kata, maka jika rentak nadanya tidak sesuai dengan telingamu idamkan, maafkan! Ini-itu adalah resah.
Jari per jari ini begitu didesak hati yang risau dan tergendala oleh rasa yang pelik
sehingga aku menebak, kalau menembakmu dengan peluru plastik yang konyol adalah lebih baik daripada didera rindu terus menerus.
Tolong, jangan buat aku berpikir lagi tentang sudah berapa hari aku telah mengenalmu, karena durasi satu detik memimpikan dirimu saja adalah harmoni.
Ini bukan fakta yang tanpa kesan dan jangan menyangka ini adalah tipuan, karena tidak mungkin aku menyuguhkannya kepada hati yang terkenal terbuat dari karang yang jelas tidak akan pernah mempan oleh helah muslihat zaman sekarang.
Jika simbol senyum adalah tanda suara hatimu yang berkenan..
aku janji, tidak akan sekali lagi membuatmu pusing.
Hari ini, aku geletar.
Jika Ini Cinta
jika bersamanya di bawah terik matahari
aku malah merasa teduh
Aku akan percaya ini cinta
jika terjebak dengannya di tengah serigala
aku tetap merasa tenang
Aku akan percaya ini cinta
jika menjauh dari Sang Pencipta
aku jadi merasa takut
dan aku akan percaya ini cinta
jika melihatnya tertawa dengan lepas
aku sudah merasa cukup
Yupssss......!!!!! Itu cuma sekelumit puisi-puisi keren karya Zarry Hendrik, betapa bahagianya ya bisa dicintai sama orang yang cintanya seperti beliau (orang yg cintanya seperti beliau lhoooo, bukan pribadi zarry hendrik nya lgsg, yang nakal bin nakal bin 'nakaaaall' itu :P )
mau tau tulisan2 lengkapnya?? Check this out ---->>>> http://www.zarryhendrik.com/puisi.html
*Promosi karya mu, dari fans setiamu....
rainbownight_artYasa
tanya dong. ini lengkap???
ReplyDeleteBelum mbak :) ini cuma beberapa puisi yg paling sy suka aja.. puisi bang zarry lainnya masih buanyakkkkkk lagi :)
ReplyDeletesuka juga dengan zarry hendrik.good gays
ReplyDeletetersentuh
ReplyDeleteINGIN CEPAT JADI JUTAWAN YUK MARI GABUNG SEKARANG JUGA
ReplyDeleteKharismaPokerMenjadiSitusBandarQOnlineTerprcayaIndonesia
Promo yang diberikan :
Minimal DP dan WD Rp. 20.000.
Support bank lokal : BCA, BNI, BRI, MANDIRI, dan DANAMON.
Bisa dimainkan di iPhone, Android, PC / Laptop.
Online 24 jam setiap hari meskipun hari libur nasional.
Link Alternatif Kharismapoker :
www.khpk288.net
www.kharismapkr.com
www.kharismaqiu.com
CS nya yang ramah , siap melayanani anda 24 jam
Bonus REFERRAL 20% setiap minggunya (seumur hidup)
Bonus CASHBACK 0.3- 0,5% setiap hari
Contact resmi kharismaPoker :
Telp :+85588278896
BBM;dc7cdd80
WA: +85588278896