BELUM TENTU SEPERTI YANG KITA KIRA




Me: "Mak/ Pak.. Kula ngaturaken sugeng riyadi lan sembah pangabekti dhateng Mamak/Bapak, nyuwun pangapunten dumatheng sedaya kelepatanipun lan klenta-klentunipun kula.. nyuwun pangapunten ing sadeleme manah dumateng sedaya agengipun kelepatan pun tindak tanduk ingkang katingal menapa mboten katingal. Mugi mugi Allah SWT nglebur dosa kula ing dinten riyadi menika."

Itu teks minta maaf menggunakan bahasa Jawa kromo Inggil yang sudah bertahun-tahun dihafalkan dan diniatkan akan dilafalkan saat sungkeman idul Fitri dengan Mamak Bapak di desa. Meski sudah hafal fasih sekalipun, saat sudah simpuh di depan Mamak Bapak, semua kata terasa hilang, yang tersisa hanya permohonan maaf berbahasa Indonesia disusul rinai netra yang jatuh satu-satu.

Teringat obrolan ringan bersama Mamak saat pulkam (meski sekarang judulnya bukan lagi pulang kampung karena kami berada di Kabupaten yang sama, hanya berbeda Kecamatan saja)

👵: "Sudah Nduk, gak perlu ngomong pakai bahasa Jawa.. Dari awal Mamas bilang mau nikah, Mamak sudah belajar bahasa Indonesia kok dari tv, biar ngobrol sama Nduk Winda lancar.. Yang penting Nduk ngerti obrolan Jawa aja mamak udah seneng, gak perlu ikut ngomong pakai bahasa Jawa, nanti gak ngalir ngobrolnya.."

Maa syaa Allah.. 
Terkadang, hal yang kita persiapkan baik-baik, belum tentu lebih baik dari kesederhanaan yang orangtua inginkan..

Dulu sejak masa sekolah, sudah belajar bahasa Jawa, kromo Inggil malah, kalau ada teman/adik tingkat yang fasih ngomong Jawa, langsung dipaksa nulis kamus bahasa Jawa di buku catatan. KKN pun gitu, nekat private bahasa Jawa sama tetangga seberang rumah yang lagi ngarit. Karena dari kecil sudah pengin nikah sama orang solo/Jawa.

Tapi faktanya memang sulit murni menggunakan bahasa Jawa saat lagi ngobrol, kesannya jadi kaku/gak pantas saat dipraktekkan, logatnya masih logat sumatera. Alhamdulillah punya mamak yang luar biasa pengertiannya ☺️

***

Pillow talk di malam idul Fitri:

👦: "Udah liat yang ini bund?" Tanya Mamas disela menonton siaran² kedzoliman gempuran isra-hell pada laman YouTube-nya.

🧕: "Udah, Mas.. Alhamdulillah sekarang Ame-r1ka sampai 3ropa pun ikut mendemo Z10-Nis 1sra-hell ya, Mas. Ternyata banyak cara untuk terus menyuarakan kedzaliman yang terjadi di Pales-t1ne biar gak terus dibanned. Kalo ketikan, ubah kata² kunci dengan variasi angka 1, -, ss atau diganti penyebutan nama negaranya, biar gak terus dihapus pihak f* dan medsos lainnya"

👦" Iya bund, bisa juga post dalam bentuk gambar ya"

🧕: "Iya. Lebaran tahun ini tuh bedaa banget ya, Mas. Rasanya bedaa banget sama lebaran² biasanya.. Rasanya malu. Merasa bahagia aja malu. Cuma mau nyimpen (foto kenangan) idul Fitri tahun ini di medsos pun malu. Maluu banget sama saudara/i kita di Pales-t1ne.."

👦: "Gak perlu malu, Bund.. Mending kirim bantuan buat Pales-t1ne, transfer sekarang ya, Bismillahirrahmanirrahim."

Ngetik ini masih dengan perasaan sakit, gak karuan liat segala pemberitaan. Semoga Allah segerakan pertolongan untuk saudara/i kami di Pales-t1ne, allahumma aamiin 🤲🏻😢

Tapi benar kata Mamas, kalo hanya sakit atau diam, buat apa.. Lebih baik action, terus bantu do'a dan kirim bantuan. Jangan malah larut dalam sedih tapi luput menyuarakan. 

Terkadang, hal yang kita pikir baik, belum tentu sebaik yang saudara/i kita butuhkan disana, kan?

Kita berpikir diam dan berdo'a sudah baik, padahal ada kondisi dimana jauh lebih baik jika do'a-do'a kita dilanjutkan dengan bantuan real dan terus bersuara, jangan hanya terus menangis dan diam.

Diriwayatkan oleh Abu Hurairah R.A., dari Rasulullah Saw, Beliau bersabda: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah berkata yang baik atau lebih baik diam. [H.R. Bukhari dan Muslim]. 

Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan terlebih dahulu kata-kata fal yaqul khoiro (berkata yang baik) sebelum au liyashmut (atau lebih baik diam). Artinya, teruslah bicara, jangan diam! Kecuali jika mudharat dalam ucapan/ketikan dirasa lebih besar ketimbang manfaatnya.

***

Tengah Ramadhan lalu:

👦: "Naira besok gak usah puasa aja ya.. Bunda beberapa hari gak bisa puasa dulu." Rajuk Yayah via videoCall saat bunda gagal membujuk Naira.
👸: "Gak mau gak mau gak mauu!!" (malah mau nangis Nairanya)
👦: "Nanti yang bangunin Naira sahur siapa? (Yayah sedang tugas di Lampung Utara). Besok libur dulu ya puasanya"
👸: "Gak mau, gak mau, gak mauuuuu! Kan biasanya aku bangun sahur duluan, abis itu bunda bangun juga deh!"

Akhirnya setelah beberapa kali gagal membujuk, Yayahnya menyerah. 

👦: "Yasudah biarin aja ya, Bund. Kesannya kok kita jadi kayak orang yang jahat ya. Anaknya mau terus puasa malah dipaksa biar libur dulu".

Alhasil, Naira tetap lanjut puasa sampai genap 30 hari, meski beberapa hari dia puasa seorang diri di rumah.

Terkadang, hal yang kita pikir baik, belum tentu sebaik yang anak kita rasakan, kan?

Saat itu, mungkin kita berpikir akan lebih baik jika Naira diliburkan dulu puasa Ramadhannya, padahal Naira tidak butuh dikasihani. Ia lebih butuh didukung, dipercaya, dikuatkan, dan disemangati.

***

Suatu malam di H+ hari raya:

🧕: "Sepertinya besok aku mau halal bihalal ke rumah ****** Mas.. Belum kuat sebenernya hati, ngebayanginnya aja gak sanggup, liat wajahnya pasti benci, benciii banget. Belum pernah sebenci ini sama manusia. Tapi aku mau coba berdamai dg hati. Kita coba ya besok.."
👦: "Alhamdulillah, iya bund.. Yang penting bunda siap melawan diri sendiri.. Kalo kita duluan yang silaturahim, kita gak kalah kok Bund. Justru kita menang di mata Allah.."
🧕: "Iya mas.. Allah aja maha pengampun SEGALA DOSA ya, masa aku sebagai manusia angkuh banget gak mau maaf²an sama orang lain (astaghfirullahaladziim 😭). Besok kita coba ya, meski malam ini rasanya belum kebayang kesana lagi"

Astaghfirullah.. Astaghfirullah.. Astaghfirullahaladziim.. 

Betapa angkuhnya manusia yang berpikir dirinya bisa masuk surga, jika masih ada silaturahim yang terputus (Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari Muslim] 😭

Terkadang, hal yang kita pikir baik, belum tentu sebaik yang orang lain pikirkan, kan?

Idul Fitri berarti kembali fitrah, idul Fitri bukan sekedar perayaan pura-pura: Pura-pura saling memaafkan via wapri-an, namun dendam di hati belum tuntas paripurna. Bisakah kembali suci jika masih ada kesombongan di dalam diri, walau hanya sebesar biji sawi? 😭

Subhanallah, yang kita pikir baik untuk orang lain saja, bisa jadi tidak dirasakan baik pula. Apalagi prasangka yang kita kira baik menurut Allah..

78 Months of Love. Tidak ada kata telat dalam hal meminta maaf 🙏🏻  segala khilaf dan salah selama 'bersuara' melalui kata di dunia nyata dan Maya, dengan kerendahan hati kami sekeluarga memohon keikhlasannya untuk memaafkan segala dosa 🙏🏻 Taqobalallahu Minna wa minkum taqobbal yaa Karim 🤲🏻

0 Response to "BELUM TENTU SEPERTI YANG KITA KIRA"

Post a Comment

Most Popular

Pengikut