Berharganya Nikmat Sehat



Katanya, orang dengan golongan darah O cenderung jarang jatuh sakit, tapi sekalinya sakit, payah.

Sebelas malam. Sudah berminggu-minggu berlalu. Tapi masih terkilas apa yang malam itu terlintas: "Beginikah rasa sakitnya seorang diri menjemput mati?"

Pandangan gelap total yang sudah berputar tak tentu arah, mirip vertigo biasanya, tapi kali ini berkali lipat luar biasa. Jantung yang memburu begitu cepat, sakit yang terus menjalar dan sesak yang luar biasa di ulu hati hingga ke dada, bersamaan dengan muntah darah yang terus memaksa keluar tanpa bisa dicegah, membuat nafas hanya tersisa satu-satu.

Dalam hati terus coba istighfar, mengucap kalimah syahadat, dan berdo'a: Semoga Allah masih memberikan beberapa detik saja kesadaran untuk bisa mengirim pesan ke Mamas, agar diikhlaskan dan diridhai segala kesalahan selama membersamainya sebagai seorang istri. Tak lebih.

Sungguh tak berharap banyak bahwa nyawa masih bisa berlanjut hingga esok hari dengan kondisi semengerikan itu, bahkan sampai detik ini. Maa syaa Allah..

Setiap kali terbayang ingatan di atas, entah kenapa gak bisa menahan tangis yang dengan mudah langsung terurai begitu saja. Betapa tak ternilainya nikmat kesempatan kedua untuk memperbaiki amal di dunia. Betapa menakutkannya sampai tiada tanpa sosok suami di rumah, begitu sakitnya melihat Naira yang terlelap polos seorang diri tanpa tau apa-apa. Terus mengalir sampai sesak, lalu berakhir dengan syukur yang begitu luar biasa, mengingat pertolongan papa tepat datang di pertengahan malam saat itu, susah payah membawa bunda dan Naira yang masih terlelap ke ruang UGD RSUMM.

Syukur yang luar biasa, karena Allah juga melindungi perjalanan Abang dan Mama yang langsung berangkat dari Karang menuju Metro saat itu juga, meski hampir saja menabrak kucing di jalur tol. Syukur luar biasa, karena eyang datang dan sigap menjaga Naira yang juga tiba-tiba demam di rumah saat bunda harus di rawat di rumah sakit selama berhari-hari. 

Syukur luar biasa, karena akhirnya masih diberi kesempatan untuk bertemu Mamas meski kita gak bisa berjuang sendiri di rumah sakit tanpa merepotkan keluarga seperti tahun sebelumnya ya, Mas. Kamu yang lagi-lagi harus total mengurusku dan seluruh urusan rumah tangga, berminggu-minggu tanpa satu kalipun terdengar keluh, justru terus menguatkan dan mengingatkanku untuk senantiasa bersyukur. Maa ajmala an tajida qolban yuhibbuka duna an yutholibuka bi ayyi syaiin siwaa an yarooka bikhoirin..

Syukur luar biasa, karena ditengah-tengah segala keterbatasan saat itu (gak bisa duduk dan tidur miring kanan kiri sama sekali), Allah kirimkan orang-orang berhati baik di tempat kerja, juga teman-teman yang tak henti-hentinya mengirimkan do'a, maa syaa Allah, hanya Allah saja sebaik-baik pemberi balasan atas segala pertolongan selama proses perawatan hingga pemulihan ini 🙏🏻

90 months of Love dengan syukur yang teramat luar biasa, karena meski tak bisa merasakan sama sekali nikmatnya berpuasa ramadhan tahun ini, tapi masih diberikan umur untuk bisa mendengarkan takbir lebaran idul Fitri 1443 H, meski untuk pertama kalinya gak bisa mengunjungi kedua orangtua dan keluarga di sana-sini, mohon maaf lahir dan batin atas segala khilaf dan dosa selama berteman di ranah nyata & maya 🙏🏻

Sungguh syukur yang begitu luar biasa, karena Allah masih izinkan Bunda untuk bisa meneruskan ibadah, meski sampai hari ini masih belum bisa merasakan kembali nikmat 'bersujud' kepada_Nya. Syukur yang begitu luar biasa, karena hingga detik ini Allah masih takdirkan kita untuk bersama di dunia, bahkan dengan bonus kehamilan bunda yang Alhamdulillah dokter nyatakan baik-baik saja, biidznillah.. فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ ? 😇

#SelfReminder

0 Response to "Berharganya Nikmat Sehat"

Post a Comment

Most Popular

Pengikut