Teruntuk Naira, Anakku..

Teruntuk Naira, Anakku..
Jangan jadi KRITIS. BERAT. Kamu gak akan Kuat. Cukup jadi APATIS aja..

Teruntuk Naira, sayangku..
Jika kelak kamu saksikan banyak diskriminasi terjadi di dalam negerimu, jangan anomali, JANGAN berusaha ikut memperbaiki.. Jadi orang benar itu berat. Nanti kamu bisa diculik atau dipukuli oleh 'ORANG GILA'. Seperti para ustadz dan kyai..

Teruntuk Naira, buah hatiku..
Jika kelak kamu rasakan banyak kedzoliman terjadi pada agamamu, jangan ikut campur, jangan ikut-ikutan melangkahkan kaki. Jadi baik itu berat. Nanti rumahmu ditembaki hingga terpaksa harus mengungsi ke Arab Saudi..

Teruntuk Naira, cahaya surgaku..
Jika kelak kamu saksikan di negerimu banyak anak-anak muda yang mengganggu dan berkelakuan buruk, jangan menegur, jangan menasehati. Mendidik itu berat. Nanti kamu diajak berkelahi, atau bahkan bisa dipukuli sampai mati..

Teruntuk Naira, sholehahku..
Jika kelak kamu saksikan di negerimu terjadi banyak ketimpangan, jangan merekam, jangan mempublikasi. Jadi Jurnalis itu berat. Nanti malah kamu yang di hakimi, hingga berujung hukuman kurungan dibalik jeruji..

Teruntuk Naira, cintaku..
Jika kelak kamu rasakan di negerimu terjadi wabah gizi buruk, hingga semua harga sandang pangan melambung naik tinggiii sekali, jangan bersuara.. Jangan mengkritisi.. Jadi Kritis itu berat. Nanti kamu dibully, dianggap gak ber-etika dan kurang ibadah sosial, lalu dicibir kurang berpetualang, hingga disuruh pergi "ke papua saja sana sendiri!"..

Jangan kamu ikuti jejak remaja-remaja zaman yayahmu dahulu nak, yang saat ketidakadilan mencuat sedikit saja, suara rakyat bebas bergema di depan istana.. yang saat harga sandang pangan serta bahan bakar naik sedikit saja, sudah ramai demo menyampaikan aspirasi dimana-mana..

Zaman ini sungguh berbeda, nak.. Sekalipun ketidakadilan merajalela, semua media selalu sigap menutup mata.. Dan jika masih ada yang berani nekat 'bersuara', siap-siap saja dianggap Makar, atau golongan 'makhluk' anti toleransi dan anti pancasila...

Jangan nak.. Jangan..
Jangan jadi kritis kalo belum siap dibully..
Jangan jadi kritis kalo belum siap diusir..
Jangan jadi kritis kalo belum siap dipukuli..
Jangan jadi kritis kalo belum siap dicaci maki..
Jangan jadi kritis kalo belum siap ditembaki..
Jangan jadi kritis kalo belum siap dikriminalisasi.

Di negeri bunda saat ini, jadi kritis itu berat..
Harus jadi presiden dulu baru boleh 'mengomentari'..
Harus jadi petinggi PLN dulu baru boleh menjerit soal melangitnya tarif listrik..
Harus pergi ke Papua dulu baru boleh bicara soal betapa buruknya taraf gizi..
Harus jadi petinggi negeri dulu baru boleh mengkritisi..
Harus imigrasi ke negara lain dulu kalau tidak setuju dengan cara kerja 'ulil amri'..

Jangan nak.. Jangan jadi KRITIS kalo yang kamu TAKUTkan masih soal HARGA DIRI.
Jangan jadi kritis jika yang kamu takutkan masih soal TAKUT MATI.

Tapi. SILAHKAN JADI KRITIS nak. Yayah Bundamu restui.. Jika kelak yang kamu takutkan hanya perkara pengadilan di AKHIRATmu nanti..

*Catatan Ibu Rumah Tangga Biasa yang (sungguh) gak suka berpolitik dan belum pernah pergi ke Papua, tapi turut nyata merasakan betapa mencekik dan dzolimnya rezim ini.
*    *    *
❤ ❤ ❤

17 Februari 2018.. 39 month's of love.. Bundamu gemetar memikirkan nasib masa depan negerimu nanti.. Membesarkan anak perempuan yang sedari janin sudah dijaga setengah mati.. Gak tega rasanya jika kelak harus melihatmu berjibaku dengan persoalan kerusuhan negeri ini..
.
Tapi.. Sebagai sesama alumni Saintis &  organisasi jurnalistik, Bunda dan Yayah akan sepenuhnya mengerti apapun pilihanmu nanti.. Asal kamu harus selalu ingat nak.. Ingat ya sayang.. Apapun langkah yang kamu ambil di kehidupanmu mendatang, sertakan Allah selalu dalam setiap nafasmu.. In syaa Allah semuanya akan menjadi berkah dan mudah.. Doakan juga agar keluarga kita Sakinah mawaddah warohmah selalu.. Aamiin..
.
#NadineJennairaQasthalani
17-02-18,
#Latepost
Oki Sahroni

Tweet