Cinta Kopi- Kopi Cinta dari Bumi Lampungku

Blog post ini dibuat dalam rangka mengikuti Kompetisi Menulis Cerpen #MyCupOfStory Diselenggarakan oleh GIORDANO dan Nulisbuku.com

Cinta Kopi- Kopi Cinta dari Bumi Lampungku


~ Seorang wanita di seberang jalan sedang menikmati kopi cappuccino yang pekat. Seperti skeptis tanpa tujuan. Padahal ia tengah termangu. Berbicara pada dirinya sendiri. Berpetualang dengan pikirannya sendiri. Bersyukur atas hidupnya sendiri. ~
Berbicara tentang cinta, aku punya satu rasa, di satu tempat. Bicara soal kopi, akupun punya satu tempat, di satu rasa yang sama- ManisPahit. Ya. Manispahit.. Bukan Manis atau pahit. Bukan pula Manis dan Pahit. Tapi ManisPahit. 1 Kata kataku. Dalam cinta dan dalam kopi, nyatanya rasanya memang sama. MANISPAHIT.
            Benderang bukan? Rasa manis pahit bukan lagi sebuah rasa yang berlawanan makna. Rasa ini begitu indah. Begitu nikmat. Seperti segelas kopi yang kita hirup lalu teguk di pagi hari yang dingin. Syahdu. Rasa ini saling melengkapi. Cinta dan kopi memang tak bisa dipisahkan seperti si manis pahit tadi. Karena pahitnyalah manisnya terasa nikmat, dan apalah arti manis jika tak ada serunya sensasi pahit yang dirasa. Glekk.. Ah.. Jadi tak sabar ingin menghabiskan tetesan terakhir nikmatnya kopi ini..
Kembali lagi di satu tempat dan satu rasa tadi, ditempat inilah aku mendalami rasa yang nikmat, dirasa inilah aku mengetahui bahwa ditempat inilah hidupku terasa khidmat. Bumi lampungku. Bumi yang diatas tanahnya aku dilahirkan dengan tangisan bayi begitu nyaring dan kencang. Bumi yang di atas tanahnyalah aku dipertemukan dengan kopi dan cintaku. Ya. Sekali lagi. Kopi. Dan Cintaku.
                “Kau kenal kopi Lampung?” Tanyaku pagi itu
“Kau kenal aku?” Tanyamu pura-pura
“Ah, jangan pura-pura lupa.. Kopi Lampung dan Aku Lampung kan sama-sama dua kata yang tak bisa engkau lupa..”
“Yah.. Kau menang. Karena kopi Lampung aku bisa berada di kota ini, duduk bersebelahan denganmu. Dan karena kamu orang lampung kita bisa menjadi suami istri” Jawabmu sambil tak lupa tersenyum manis. Lagi. Semanis kopi.
“Lalu, apa yang kau tau tentang kopi? Kopi Lampung maksudku..” Rajukku Lagi
“Kopi Lampung adalah salah satu kopi khas Indonesia yang tumbuh di dataran sumatera. Merupakan kualitas kopi dengan citarasa dan karakteristik aromaterapis, memiliki tingkat keasaman kopi yang sederhana namun unik dalam memecah selera, aroma spicy yang terhirup saat seduhan pertama selalu membangkitkan semangat dan memberikan aura untuk menarik simpatik peminumnya. Belum lagi balutan kepekatan hasil seduh yang seakan memberikan kesan creamy yang selalu menggoda sang penyeduh kopi untuk cepat-cepat menyeruput hasil seduhannya. Jelas bukan?” Uraimu. Detail.
Absolutely right! Makasih Honey..”
“Memangnya buat apa sih? Hei.. ini pembahasan mengenai apa? Tentang apa?? Kok tiba-tiba Tanya tentang kopi lalu asik mencatat dan senyum-senyum sendiri?”
            Itu tentangku. Tentang kami. Tentang cinta kami yang terpatri dihati namum tergali di bumi ini. Bumi Lampung. Juga tentang Kopi yang biasa mamak mertuaku tanam-petik-tumbuk-lalu sangrai dengan berbagai macam bumbu dan rempah khas yang membuat aku kemudian jatuh hati. Padahal sebelumnya, mana tau aku soal kopi. Mana tau aku soal Lampung. Bumi Lampung yang ternyata menyimpan begitu banyak hasil alam yang memesona. Memesona mata dan Rasa.
Ah..!!
Tak sabar aku ingin menyeruput secangkir kopi buatan tangan mamakku sambil mendengarkan lantunan lagu merdu dari sang maestro campursari ternama- Didi Kempot, idola ayahku..

“Secangkir wedang kopi
Kopi lampung niku kopi asli
Gulo batu nopo gulo tebu
Srupat sruput ting wanci dalu
Merak- Bakahuni
Numpak kapal kapale fery
Aku cinta setengah mati
Kelingan yel ngudek kopi..”

Aku dipertemukan denganmu disini, sekali lagi di bumi Lampungku. Sedang kamu adalah keturunan Jawa Timur asli. Ya. Jawa Asli. Secara geografis jelas suku kita terpisah oleh samudera luas yang harus ditempuh dengan menumpang kapal feri jika ingin berjumpa. Nyatanya Allah menjumpa kita tak serumit yang kita kira. Jika sudah jodoh dan cinta, segalanya yang tak mungkin akan begitu mudah terjalin bukan?
“Kamu suka kopi?” Tanyamu pagi itu di kantin kampus
“Kamu tak lihat saya minum apa?” ketusku sekenanya
“Cappucino?”
Kamu menatap bola mataku dan kembali meneguk kopimu.
“Hmm.. Cappucino.. Kamu termasuk orang yang santai dalam menghadapi apa pun. Nggak mau diburu-buru, meski pada akhirnya, segala sesuatu dapat kamu bereskan. Bagimu hidup seperti menikmati Cappuccino kan? ringan namun tetap nikmat. Dan saya sedikit suka Cappucino.” Jelasmu panjang lebar
“Hmm.. Kupikir kamu penikmat kopi? Kopi apa yang kamu minum? Kopi Hitam?”
“Ya.. Kamu tau sesuatu tentang penikmat kopi hitam?”
“Ya.” Aku menghela nafas sejenak, tertarik, lalu kembali berujar,
“Peminum kopi hitam terkesan lebih lugu dan lebih memilih untuk menjaga hal-hal sederhana. Sepertinya kamu tipe orang yang lebih sabar dan lebih tahan terhadap perubahan. Penikmat kopi ini juga memilki sikap yang lebih tenang dan selalu menjaga suasana hati. Juga menggambarkan karakter pribadi yang misterius, ambisius, pekerja keras, dan selalu fokus dalam bekerja.”
kamu tersenyum.
“Kamu tahu Latte?” tanyamu lagi sembari memutar-mutar gelas.
“Peminum latte terlihat sebagai sosok pencari kenyamanan dan murah hati dengan waktu. Mereka juga sering mengulur waktu mereka sendiri. Peminum Latte juga memiliki sifat pengayom dan cinta damai..”
“Lalu kopi apa yang sebenarnya paling kamu suka?” Tanyaku penasaran
“Kopi Hitam. Kopi Lampung” Jawabmu Singkat padat dan jelas.
            Ah! Kopi Lampung. Hitam lekatmu menyadariku tentang sebuah makna. Pahitmu menyadari tentang kehidupan dunia. Lihat diujung sana, ada anak jutawan tengah menyeruput hitammu hingga membekas hitam dibagian atas bibirnya. Juga lihatlah disana, ada pengemis dengan kaos partai bolong-bolongnya tengah menikmati secangkir kopi gratisan dari warung kelontongan yang setengah jam lalu memakai jasanya membersihkan emperan warung yang kotor. Di bumi Lampung ini, juga di Indonesiaku, bahkan di seluruh penjuru dunia, kopi tak memandang status dan tahta. Ia murah, tapi tak murahan. Kadang tersulap menjadi sangat mahal, tapi tak pernah menyisakan sesal.
            “Dan kau tau? Sepertinya, dibanding secangkir kopi hitam ini, aku lebih suka kamu..”
            Kalimat terakhirmu menghujam hatiku, tapi anehnya tak membuatku terjatuh. Kesadaranku melesat jauh hingga membawaku terbang tinggi melayang di langit-langit cinta. Itu pertemuan pertama kita. Dan menjadi awal yang indah bagi segalanya..

~ Wanita  itu masih berjalan menyusuri malam. Mengangkat gelas kopinya yang tinggal menyisakan setetes kopi dengan buku jari yang gemetar. Lalu memutuskan untuk kembali pulang dan tak jadi marah. Ia bergumam dalam hati, “Kamu ManisPahitku, suamiku.. Semanis segelas kopi dengan 2 sendok gula. Sepahit segelas kopi lampung jika tanpa cinta. ”~





BIODATA PENULIS:

Tyas Rosawinda khairunnisa ialah GaLank (Gadis Petualank) asal Bandar Lampung yang sangat mencintai suami, Naira, hujan, pelangi, dolphin, buku, Detective Conan, Kalimantan, Solo, dandelion, serta bercita-cita dapat menjejak pelangi di malam hari :) Merupakan istri dari mamas Oki Sahroni tercinta dan Bunda dari Nadine Jannaira Qasthalani, ST (Naira). sering dipanggil Artyasa, dan kini telah lulus dari Fakultas MIPA Kimia Universitas Lampung. Twitter: @rainbow_artYASA

Nama: Tyas Rosawinda Khairunnisa
Alamat: Jl. Antara 5 No.55 Sukajawa Bandar Lampung
No. Hp: 08877122837
Akun e-mail:  rainbownightartyasa@gmail.com
Akun Instagram: Tyas_Oki_Naira
Pin BB: 5B553AFC

Pengalaman Menulis:
Kontributor Buku Antologi Cerpen “NEWBIE”
Kontributor Buku Antologi Cerpen “A Way to Sunset” NBC Club Palembang

Kontributor Buku Antologi Puisi “Kutub Pelangi: Media Penulis

0 Response to "Cinta Kopi- Kopi Cinta dari Bumi Lampungku"

Post a Comment

Most Popular

Pengikut