Cinta Kopi- Kopi Cinta dari Bumi Lampungku
~ Seorang wanita di seberang
jalan sedang menikmati kopi cappuccino yang pekat. Seperti skeptis tanpa
tujuan. Padahal ia tengah termangu. Berbicara pada dirinya sendiri.
Berpetualang dengan pikirannya sendiri. Bersyukur atas hidupnya sendiri. ~
Berbicara tentang cinta, aku
punya satu rasa, di satu tempat. Bicara soal kopi, akupun punya satu tempat, di
satu rasa yang sama- ManisPahit. Ya. Manispahit.. Bukan Manis atau pahit. Bukan
pula Manis dan Pahit. Tapi ManisPahit. 1 Kata kataku. Dalam cinta dan dalam
kopi, nyatanya rasanya memang sama. MANISPAHIT.
Benderang
bukan? Rasa manis pahit bukan lagi sebuah rasa yang berlawanan makna. Rasa ini
begitu indah. Begitu nikmat. Seperti segelas kopi yang kita hirup lalu teguk di
pagi hari yang dingin. Syahdu. Rasa ini saling melengkapi. Cinta dan kopi
memang tak bisa dipisahkan seperti si manis pahit tadi. Karena pahitnyalah
manisnya terasa nikmat, dan apalah arti manis jika tak ada serunya sensasi
pahit yang dirasa. Glekk.. Ah.. Jadi tak sabar ingin menghabiskan tetesan
terakhir nikmatnya kopi ini..
Kembali lagi di satu tempat dan
satu rasa tadi, ditempat inilah aku mendalami rasa yang nikmat, dirasa inilah
aku mengetahui bahwa ditempat inilah hidupku terasa khidmat. Bumi lampungku. Bumi
yang diatas tanahnya aku dilahirkan dengan tangisan bayi begitu nyaring dan
kencang. Bumi yang di atas tanahnyalah aku dipertemukan dengan kopi dan
cintaku. Ya. Sekali lagi. Kopi. Dan Cintaku.
“Kau
kenal kopi Lampung?” Tanyaku pagi itu
“Kau kenal aku?” Tanyamu pura-pura
“Ah, jangan pura-pura lupa.. Kopi
Lampung dan Aku Lampung kan sama-sama dua kata yang tak bisa engkau lupa..”
“Yah.. Kau menang. Karena kopi
Lampung aku bisa berada di kota ini, duduk bersebelahan denganmu. Dan karena
kamu orang lampung kita bisa menjadi suami istri” Jawabmu sambil tak lupa
tersenyum manis. Lagi. Semanis kopi.
“Lalu, apa yang kau tau tentang
kopi? Kopi Lampung maksudku..” Rajukku Lagi
“Kopi Lampung adalah salah satu
kopi khas Indonesia yang tumbuh di dataran sumatera. Merupakan kualitas kopi
dengan citarasa dan karakteristik aromaterapis, memiliki tingkat keasaman kopi
yang sederhana namun unik dalam memecah selera, aroma spicy yang terhirup saat seduhan pertama selalu membangkitkan
semangat dan memberikan aura untuk menarik simpatik peminumnya. Belum lagi
balutan kepekatan hasil seduh yang seakan memberikan kesan creamy yang selalu menggoda sang penyeduh kopi untuk cepat-cepat
menyeruput hasil seduhannya. Jelas bukan?” Uraimu. Detail.
“Absolutely right! Makasih Honey..”
“Memangnya
buat apa sih? Hei.. ini pembahasan mengenai apa? Tentang apa?? Kok tiba-tiba
Tanya tentang kopi lalu asik mencatat dan senyum-senyum sendiri?”
Itu tentangku. Tentang kami. Tentang
cinta kami yang terpatri dihati namum tergali di bumi ini. Bumi Lampung. Juga
tentang Kopi yang biasa mamak mertuaku tanam-petik-tumbuk-lalu sangrai dengan
berbagai macam bumbu dan rempah khas yang membuat aku kemudian jatuh hati.
Padahal sebelumnya, mana tau aku soal kopi. Mana tau aku soal Lampung. Bumi Lampung
yang ternyata menyimpan begitu banyak hasil alam yang memesona. Memesona mata
dan Rasa.
Ah..!!
Tak sabar aku ingin
menyeruput secangkir kopi buatan tangan mamakku sambil mendengarkan lantunan
lagu merdu dari sang maestro campursari ternama- Didi Kempot, idola ayahku..
“Secangkir wedang kopi
Kopi lampung niku kopi asli
Gulo batu nopo gulo tebu
Srupat sruput ting wanci dalu
…
Merak- Bakahuni
Numpak kapal kapale fery
Aku cinta setengah mati
Kelingan yel ngudek kopi..”
Numpak kapal kapale fery
Aku cinta setengah mati
Kelingan yel ngudek kopi..”
Aku dipertemukan
denganmu disini, sekali lagi di bumi Lampungku. Sedang kamu adalah keturunan
Jawa Timur asli. Ya. Jawa Asli. Secara geografis jelas suku kita terpisah oleh
samudera luas yang harus ditempuh dengan menumpang kapal feri jika ingin
berjumpa. Nyatanya Allah menjumpa kita tak serumit yang kita kira. Jika sudah
jodoh dan cinta, segalanya yang tak mungkin akan begitu mudah terjalin bukan?
“Kamu suka kopi?”
Tanyamu pagi itu di kantin kampus
“Kamu tak lihat saya
minum apa?” ketusku sekenanya
“Cappucino?”
Kamu menatap bola
mataku dan kembali meneguk kopimu.
“Hmm.. Cappucino..
Kamu termasuk orang yang santai dalam menghadapi apa pun. Nggak mau
diburu-buru, meski pada akhirnya, segala sesuatu dapat kamu bereskan. Bagimu
hidup seperti menikmati Cappuccino kan? ringan namun tetap nikmat. Dan saya
sedikit suka Cappucino.” Jelasmu panjang lebar
“Hmm.. Kupikir kamu
penikmat kopi? Kopi apa yang kamu minum? Kopi Hitam?”
“Ya.. Kamu tau
sesuatu tentang penikmat kopi hitam?”
“Ya.” Aku menghela
nafas sejenak, tertarik, lalu kembali berujar,
“Peminum kopi hitam
terkesan lebih lugu dan lebih memilih untuk menjaga hal-hal sederhana.
Sepertinya kamu tipe orang yang lebih sabar dan lebih tahan terhadap perubahan.
Penikmat kopi ini juga memilki sikap yang lebih tenang dan selalu menjaga
suasana hati. Juga menggambarkan karakter pribadi yang misterius, ambisius,
pekerja keras, dan selalu fokus dalam bekerja.”
kamu tersenyum.
“Kamu tahu Latte?”
tanyamu lagi sembari memutar-mutar gelas.
“Peminum latte
terlihat sebagai sosok pencari kenyamanan dan murah hati dengan waktu. Mereka
juga sering mengulur waktu mereka sendiri. Peminum Latte juga memiliki sifat
pengayom dan cinta damai..”
“Lalu kopi apa yang sebenarnya
paling kamu suka?” Tanyaku penasaran
“Kopi Hitam. Kopi
Lampung” Jawabmu Singkat padat dan jelas.
Ah!
Kopi Lampung. Hitam lekatmu menyadariku tentang sebuah makna. Pahitmu menyadari
tentang kehidupan dunia. Lihat diujung sana, ada anak jutawan tengah menyeruput
hitammu hingga membekas hitam dibagian atas bibirnya. Juga lihatlah disana, ada
pengemis dengan kaos partai bolong-bolongnya tengah menikmati secangkir kopi
gratisan dari warung kelontongan yang setengah jam lalu memakai jasanya
membersihkan emperan warung yang kotor. Di bumi Lampung ini, juga di
Indonesiaku, bahkan di seluruh penjuru dunia, kopi tak memandang status dan
tahta. Ia murah, tapi tak murahan. Kadang tersulap menjadi sangat mahal, tapi
tak pernah menyisakan sesal.
“Dan
kau tau? Sepertinya, dibanding secangkir kopi hitam ini, aku lebih suka kamu..”
Kalimat
terakhirmu menghujam hatiku, tapi anehnya tak membuatku terjatuh. Kesadaranku
melesat jauh hingga membawaku terbang tinggi melayang di langit-langit cinta.
Itu pertemuan pertama kita. Dan menjadi awal yang indah bagi segalanya..
~ Wanita itu masih berjalan
menyusuri malam. Mengangkat gelas kopinya yang tinggal menyisakan setetes kopi
dengan buku jari yang gemetar. Lalu memutuskan untuk kembali pulang dan tak
jadi marah. Ia bergumam dalam hati, “Kamu ManisPahitku, suamiku.. Semanis
segelas kopi dengan 2 sendok gula. Sepahit segelas kopi lampung jika tanpa
cinta. ”~
BIODATA
PENULIS:
Tyas Rosawinda khairunnisa ialah GaLank (Gadis
Petualank) asal Bandar Lampung yang sangat mencintai suami, Naira, hujan,
pelangi, dolphin, buku, Detective Conan, Kalimantan, Solo, dandelion, serta
bercita-cita dapat menjejak pelangi di malam hari :) Merupakan istri dari mamas
Oki Sahroni tercinta dan Bunda dari Nadine Jannaira Qasthalani, ST (Naira).
sering dipanggil Artyasa, dan kini telah lulus dari Fakultas MIPA Kimia
Universitas Lampung. Twitter: @rainbow_artYASA
Nama: Tyas Rosawinda Khairunnisa
Alamat: Jl. Antara 5 No.55 Sukajawa Bandar Lampung
No. Hp: 08877122837
Akun e-mail: rainbownightartyasa@gmail.com
Akun Instagram: Tyas_Oki_Naira
Pin BB: 5B553AFC
Pengalaman
Menulis:
Kontributor
Buku Antologi Cerpen “NEWBIE”
Kontributor
Buku Antologi Cerpen “A Way to Sunset” NBC Club Palembang
Kontributor Buku Antologi Puisi
“Kutub Pelangi: Media Penulis
0 Response to "Cinta Kopi- Kopi Cinta dari Bumi Lampungku"
Post a Comment