Bandar Lampung, 4 Juli 2015
Suamiku, malam tadi kita hampir
saja sama-sama mengakhiri nyawa kita masing-masing dengan tangan kita sendiri..
Benar sayangku.. Cinta yang begitu dalam, terkadang memang justru bisa membunuh
diri sendiri bila tak ada rasa saling mengingatkan tuk ingat Tuhan..
Suamiku sayang.. Engkau yang 7
bulan lalu mengucapkan ijab kabul dari mulutmu demi menanggung semua dosa dan
salahku, yang selama ini ditanggung oleh ayahku.. Engkau yang lahir dan
dibesarkan dari keluarga yang sederhana dan tak pernah merasakan beban hidup
yang sulit, harus berkorban masuk ke duniaku yang sedari kecil sudah terlalu rumit.
Suamiku sayang.. Engkau yang bertahun-tahun
lalu begitu sabar, tulus dan damai memapahku dari keputusasaan atas kesulitan hidup
yang pelik, sangat mirip dengan malaikat pertamaku yang 15 tahun lalu
menyelamatkan nadi kecilku dari irisan pisau yang tajam. Kini saat malaikat itu
resmi menghilang, engkau datang sebagai malaikat kedua yang begitu tabah
menghadapi semua rasa frustasiku, yang telah sedari kecil tertanam. Suamiku
sayang.. Apa yang harus aku lakukan untuk membalas semua kemurnian hatimu dan
hati kedua orangtuamu yang begitu tulus dan suci?
Suamiku sayang.. Maafkan istrimu
yang belum bisa merasa pantas untuk menerima semua kebaikan cintamu.. Meski di
malam pernikahan kita, untuk pertama kalinya aku merasakan apa yang selama ini
mereka sebut dengan nama ‘cinta’: Padamu.. Sungguh.. Maafkan istrimu yang belum
juga bisa menerjemahkan cinta ke dalam bahasa hidup yang kaffah (sempurna)..
Suamiku sayang.. Engkau yang
selalu memberiku banyak hal setiap hari dan tak pernah meminta balas apa-apa,
justru semakin membuatku merasa tak percaya diri atas kelemahanku dalam
mengurus kehidupanmu sehari-hari.. Tapi kini aku mengerti sayangku.. Ada 1 lagi
yang semalam kupelajari atas cintamu yang begitu murni tak bersyarat: Bahwa untuk
membalas budi atas semua kebaikan cintamu, sama sekali bukan dengan merasa tak
pantas dan memintamu menjauh pergi.. Sekali lagi kamu benar sayangku.. Tak
pernah ada balas budi dalam cinta, sebab cinta sama sekali bukan ajang jual
beli.. Dan karena rumah tangga dalam pernikahan adalah TANGGA-tangga kecil
pembelajaran menuju RUMAH Tuhan yang abadi, maka sesuatu yang abadi, tak bisa
dipelajari hanya dalam bilangan hari..
Untukmu, Malaikatku.. Aku Terlalu
Mencintaimu..
Dari Istrimu,
Tyas Rosawinda Khairunnisa
*Nominasi Lomba Surat untuk suami
yang diadakan oleh Fahd Djibran saat launching buku terbarunya yang berjudul ‘RUMAH
TANGGA’
Kereeeen Tyas.. tulisan beras melayang euy bacanya.. tulus bangettt..
ReplyDelete#Berasa .. typo malah beras hhee.. ini dina Tyas, pake ID suamiku
DeleteKereeeen Tyas.. tulisan beras melayang euy bacanya.. tulus bangettt..
ReplyDeleteMakasih Dina.. apa kabar.. Kaget Dina tiba2 mampir... Udah ngisi kah? kemarin gak bisa dtg nikahan Dina.. afwan.. Karena waktu itu lagi detik2 HPL (melahirkan).. :(
ReplyDelete