Aku menyebutnya perayaan cinta.. =) Setiap kali aku
menuliskan status apapun di bbm, instagram, path, facebook, blog, atau twitter
dsb, aku selalu menyebutnya dengan menggores ‘sejarah cinta’, hehe.. terdengar
gombal dan alay.. Tapi begitulah cinta... Seperti yang pernah ku tulis di
statusku yg ini:
Cinta bagiku tetap merupakan fase alay yang berkolaborasi
dengan upaya pendewasaan diri yang bertahap dan sempurna. Karena ini cinta
pertamaku, aku tak ingin sedikitpun momen ‘sejarah cinta’ ku ini terlewati
begitu saja tanpa digoreskan dalam bentuk kenangan/ status apapun.
Begitulah awal mula aku dan suami memutuskan ‘dengan tanpa
rencana’ untuk mengabadikan foto kami berdua setiap bulannya disetiap tanggal
pernikahan kita. Konyol memang. Bahkan ini sempat jadi kontroversi lho... ;)
Saking hebohnya, salah seorang aktivis yang kontra dengan status/ postingan
seperti yang misalnya kami lakukan ini, pernah membuat postingan mengenai
pendapatnya ‘PRIBADI’ di sini (Kemudian ramai di-share pula dg bodohnya oleh
para jomblo yang mengaku butuh ‘toleransi’ What? Toleransi???? :P :P :P ) =
atau
Hahaha... konyol ya... entah itu yang nulis sudah menikah/
belum.. Atau entah itu yang nulis pernah membaca cerita tentang kehidupan romantisme
percintaan Rasulullah atau belum, yang jelas, salah seorang teman kami
(Tepatnya teman seangkatan mas oki) pernah ikut-ikutan sewot lho dengan hal
ini.. Kalo dia yang bilang sih lebih gak kami ambil peduli. So what?
Masalahnya, yang sewot begitu tuh sampai sekarang (entah sudah berapa tahun
lamanya) masih pacaran, masih suka wall-wallan mesra di facebook, masih suka
pasang foto narsis, bahkan pernah posting foto ‘belum halal’nya berdua. Dan
yang aneh, masih suka keluyuran boncengan berdua dengan pede nya dihadapan
teman-teman kampus suamiku. Lha dimana esensi dari ke-sewotannya? Ckckck..
Miris ya... :D :D
Adik-adik tingkatku pun entah darimana sempat buat
pernyataan begini di salah satu komen facebook:
Wahh.... Yang pro kok pada punya riwayat dan tuntunan serta
alasan yang jelas ya... Yang Kontra dan suka sewot sendiri, dalilnya/
riwayatnya mana nih? Atau.... Itu Cuma ke-sensi’an diri sendiri aja hingga
berujung pada kritik dan pendapat tanpa tuntunan??? Nanti juga menikah thoo....
Rasakan sendiri deh gregetnya.. Nah kl setelah nikah nanti gak greget? Atau
gkmw greget? Itu sih persepsi dan keinginan serta hak masing2 tho... Kalo aku sih
memang belum tau rasa alaynya cinta masa sekolah, jd merasa sah-sah aja tuh...
Toh yang penting skrg udah sah, halal, gak seperti anak-anak alay masa sekolah
yg statusnya belum halal :P
Anyway, kalo aku pribadi sih, memang sengaja buat status
tentang pernikahanku dengan alasan:
1. Memang dari dulunya sejak belum nikah, agak
sering dan hobi bikin status (sok) romantis di media sosial. Sekedar buat
penanda bahwa aku masih disini (untuk sahabatku yang nun jauh disana), atau
sekedar iseng krn lagi butuh teman ngobrol di medsos. Daripada aku
ngumpul-ngumpul gak jelas kayak ABG-ABG jaman sekarang?? Ya gak? Haha.. So... Masa
iya pas udah nikah, aku harus buat status puisi2 tentang sahabatku juga?? Kan
sekarang dihatiku Cuma ada Mpooh.. (Cieeee.... Hachiiiim :P) Ini juga jadi
syiarku untuk menggalakkan “MARI LEBAYkan PACARAN SETELAH MENIKAH”, biar pada
jengkel terus termotivasi gt.. hhe
2. Ayah ibuku tuh orangnya gak ada yang gaul2 ala
mami papi yang punya medsos kayak zaman sekarang. Apalagi sekarang kami (Aku
dan Mpooh) hidup terpisah jauh dari keluarga, Nah... Biasanya nih, Media Sosial
(medsos) ini, jadi ajang nyari kabar buat mereka... Walau mesti numpang liat
pakai facebook adik2/ tetangga sih... Hehe.. Habisnya, kalo Cuma tanya kabar
dari sms/ telepon doank, merekanya gak puas karena kan sms/suara bisa menipu...
Sedangkan foto, mau se-akting apapun, orangtua bisa tau mana raut anaknya yang
lagi sedih/ yang lagi bahagia dalam artian yang sebenarnya...
S 3. Status2ku kadang sengaja aku buat (terutama
status di bbm) juga untuk menyadarkan para ikhwan galau yang masih
berani-beraninya menel padaku padahal jelas2 DP ku udah foto berdua suami.
Masih ada aja lho orang kayak gini pasca nikah.. Nah ngeselinnya, udah di delcon
tetap balik lagi dengan ganti nama perempuan, baru deh setelah di accept
mengakui bahwa dirinya adalah si A, B, C, D, atau E alias si ikhwan galau yang saking
gak ada kerjaannya masih sempat-sempatnya menelin perempuan yang jelas-jelas sudah
punya suami.
4.
4.
4. Media sosial juga sering aku jadiin parameter
buat kehidupan pernikahan kami. Dengan buat ritual foto berdua disetiap tanggal
pernikahan kami setiap bulannya, aku pribadi jadi lebih ‘aware’ dengan
kehidupan rumah tanggaku, setiap bulan setidaknya ada 1 hari paling minimal
untuk kami jalan berdua, menghabiskan waktu sekedar untuk mengingat bahwa kita “udah
sekian bulan nih.. maaf ya kalo sejauh ini masih banyak salah... Apa aja nih
yang perlu dibenahi di hati?” Jadi... Kalo suatu saat di entah tahun keberapa
pernikahan kami, ternyata ada 1 bulan dimana kami tidak melakukan/ tidak
memposting ritual ini, artinya keluarga pun bisa ‘mengetahui kabar’ dari kami
secara tidak langsung: Pasti ada apa-apa nih... Lagi pada ngambek besarkah
sampai di tanggal pernikahan pun gak bisa melakukan ritual rutin itu... atau...
lagi ada masalahkah dengan rumah tangga kami, atau, lagi terkena musibahkah
sampai gak bisa online barang sejenak? Lagi kenapakah? Kenapakah? Ini dia
tujuan ritual aneh bin konyol yang kami buat disetiap bulannya ini...
Setidaknya pada 1 tanggal disetiap bulannya, kami selalu ada waktu spesial
untuk saling ber-muhasabah diri... Muhasabah kan gak harus setahun sekali saat
idul fitri, saat anniversary, atau saat ulang tahun pribadi.. Meski harusnya
setiap hari, Momen tanggal pernikahan ini akan terasa spesial dan menjadi ‘alarm
unik’ di hati :D So... Awasi kami selalu ya teman-teman dan keluargaku... Itu
kan fungsi media sosial? Untuk bersosialisasi.. Mengenai berita terkini,
keadaan hari ini, dakwah, curahan hati, hingga pemberitahuan undangan reuni, Pokoknya:
APAPUN :D
Harusnya, seperti yang Rosul ajarkan saat beliau begitu mesranya menonton lembing dengan sang istri, umat yang melihat keduanya bisa jadi lebih termotivasi donk.. yang lelaki, harus lebih giat memantaskan diri (dari segi apapun), dan yang perempuan, jadi gak terlalu pemilih dalam memutuskan pendamping... Mari galakkan “Merayakan Pacaran Setelah Nikah”, bukan malah pada sewot lho ya....
Oh ya... Pada tau kasus pak wapres yang melarang kaset ngaji diputar dimasjid? Atau kasus pak menteri agama yang menyuruh kita menghormati orang yang tidak berpuasa? Aku setuju dengan pendapat penulis novel idolaku ini nih...:
Jadi bener juga kata adik tingkatku yang 1 ini: Orang-orang yang sewot ini mungkin udah se-partai sama pak wakil presiden dan pak Menteri agama kita yang kadang suka membolak-balik logika sesuka hati :D
Jadi, udah deh.. gak usah ribut-ribut lagi ya soal ini... Semua punya persepsinya masing2 kan.. kembalikan ke niat masing-masing.. Gak suka/ gak bisa menerima meski jelas tuntunannya? Monggo di unfriend, di delcon/ di blokir, beres kan? Daripada syirik bin sewot mengotori hatimu.. (Ceilahh).
Oya, kalau aku dan suami sih, Menanggapi kritik-kritik semacam ini tadi, kami cuma bisa senyum sambil bilang “Kasian ya.. Mungkin itu orang kurang piknik”. Wahahaha... Kejam sekali dikau Mpinnn... :P
#Dengan Cinta
@Rainbownight_artyasa
0 Response to "SUDAH MENIKAH? AYO LEBAYkan “PACARAN SETELAH MENIKAH” !!!! "
Post a Comment