PINDAH RUMAH KE METRO.. KANGEN PAPA, MAMA, KELUARGAKU DISANA.. :'(

Pagi- pagi setelah mengantar suami kerja di depan pintu, langsung melownya kumat deh, kepikiran ditinggal seharian ditinggal suami kerja lagi sampai malam.. :( eh, tau-tau dapat sms dari papa yang isinya bikin tambah sedih :(



Ceritanya, beberapa minggu lalu aku dan suami pindah rumah ke Metro, bisa dibayangin kan? Aku tinggal di perum BKP aja, papa mama gak pernah lewat minimal seminggu sekali jenguk aku.. Lha apalagi sekarang jauh gini.. Jadi sedih banget pasti mereka, ditinggal jauh sama 2 anaknya sekaligus tahun ini (aku dan 1 lagi adikku –fikar- yang kerja merantau ke Medan).

(Rumah Lamaku dan suami di perum BKP)
 
(Pindah rumah ke Metro)

(Rumahku sekarang di Metro)

Kepindahanku ke Metro ini memang telah kujelaskan jauh-jauh hari pada orangtuaku, bahkan saat pertama kali mamas meng-khitbah, saat itu malah mamas bilangnya mau membawaku ke Sekampung Lampung Timur, tapi karena satu dan lain hal (terutama karena jarak kerja yang cukup jauh dan rawan dilewati meski hanya menempuh waktu setengah jam dari Sekampung ke-Metro), maka kami memutuskan untuk lebih baik tinggal di Metro saja. Karena lebih dekat dengan kantor mamas di Metro (setelah mamas dipindahtugaskan kesini), juga agar tidak ada salah 1 pihak keluarga yang cemburu, sebab Metro kan berada ditengah-tengah antara Bandar Lampung dan Sekampung. Ini semua terpaksa kami lakukan mengingat betapa semangatnya papa mamaku meminta kami membangun rumah di Bandar Lampung, di tanah yang telah mereka siapkan. Juga begitu semangatnya mamak bapak mertuaku meminta aku dan anak semata wayangnya untuk tinggal di Sekampung. Nah, kalau tinggal di Metro kan urusan perasaan cemburu bakal selesai, dan jarak kami untuk menjenguk kedua keluarga kami pun sama-sama tidak terlalu jauh. Begitu pikir kami. 

Tapi, belum apa-apa aku udah dibuat melow dengan perasaan kangen pada keluarga dan teman-teman, bahkan tukang sayurku di Karang :'( ---> https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1021798544500056&id=100000097609643&refid=17&_ft_=og_action_id.1021798547833389%3Atop_level_post_id.1021798544500056

Apalagi seminggu setelah kepindahan itu, pertama kalinya aku tidak pulang kerumah saat lebaran tiba (Karena aku berlebaran di Sekampung dan orangtua menjenguk ke rumah Metro di idul fitri H+3 sekalian mampir saat mengantar abangku lamaran di Seputih Banyak Lampung Tengah). Huwaaaaaa..... Mengalir donk air mataku di malam takbir.. Ingat betapa tahun lalu begitu inginnya aku bisa berkumpul bersama keluargaku dimalam terakhir idul fitri aku menjadi seorang gadis lajang, Tapi saat itu aku hanya bisa menangis seorang diri dirumah, karena kedua orangtuaku sedang sama-sama diasingkan menuju tahap perceraian yang hingga sampai ini (semoga saja) tidak -akan pernah- terjadi.

Malam takbir tahun lalu, aku sendirian dirumah Bandar Lampung, membayangkan betapa inginnya setelah aku bekerja dan memiliki cukup uang (seperti saat itu), membelikan baju baru dihari nan Fitri itu untuk kedua orangtuaku, tapi tak bisa. Membayangkan betapa inginnya mencium tangan keduanya usai sholat idul fitri, tapi tak bisa. Membayangkan betapa sakitnya saat membayangkan kemungkinan kedua orangtuaku benar-benar akan bercerai dan membayangkan bagaimana kemudian nasib pernikahanku yang akan berlangsung beberapa bulan yang akan datang. Semua kini tinggal bayang-bayang, yang saat kini kubayangkanpun, masih terasa sama menyakitkan. 

Malam takbir tahun ini, papa menangis diujung telepon, kami sama-sama mengucapkan permohonan maaf tanpa ritual suci mencium tangan, papa disela tangisnya bahkan memintaku untuk terus menghubungi adikku (Fikar) agar ia pun tidak merasakan keterasingan di negeri orang (Fikar gak bisa pulang karena katanya biaya PP pesawatnya lebih baik buat pulkam saat abang menikah akhir tahun ini). Malam takbir tahun ini, aku bersama kedua orangtua baruku, mamak bapak mertua yang sama menyayangiku seperti kedua orangtuaku. Bapak mertua yang rela mengambil dugan dari pohon disaat terik matahari menyengat kulit disiang hari puasa ramadhan, Mamak mertua yang rela belajar dan begadang sendirian hingga tengah malam diakhir ramadhan demi membuat nastar dan kue-kue manis untukku yang sebelumnya tidak pernah dibuat dihari raya (karena bapak dan mamas lebih menyukai chemilan gurih seperti keripik di hari raya). Bapak mamak mertua yang kebaikan dan ketulusan hatinya, SUNGGUH, tak bisa kujelaskan disini satu persatu. Tapi ternyata aku tetap saja menangis saat membaca pesan singkat berisi ungkapan kangen dari papaku di pagi hari yang sendu ini. Argh!!! Allah.. Alhamdulillah ku panjatkan, Terimakasih sebesar dunia kupanjatkan, atas berkah dan karuniamu yang telah sangat baik memberiku Ke-2 orangtua yang teramat sangat menyayangiku, juga teramat sangat kusayangi sepanjang akhir hayat hidupku..

Kumohon Ya Allah..

Sekali lagi, Aku bersimpuh memohon kepada_MU ya Rabb..

Izinkan aku untuk bisa membalas kebaikan hati mereka semua suatu saat nanti.. Dimasa ketika aku dan suami telah mapan oleh materi. Ketika saat itu tiba, Mohon kembali ingatkan kami, untuk tidak pernah lupa siapa rahim-rahim dan kaki-kaki yang telah berjuang mati-matian demi menghidupi kami hingga bisa menjadi sebesar ini.. Kumohon Ya Ilahi... Izinkan kami untuk sampai pada saat itu, mohon panjangkan usia ke-2 orangtua kami.. :’(

30 Juli 2015
Metro, rainbow night_Artyasa

(Lebaran bersama mamak bapak dan suami di Sekampung)


(Papa mama dan kakak adik saat ke Metro)

(Love you dan kangen kalian selalu Papa Mamaku.. Sehat selalu disana.. )

0 Response to "PINDAH RUMAH KE METRO.. KANGEN PAPA, MAMA, KELUARGAKU DISANA.. :'("

Post a Comment

Most Popular

Pengikut